tag:blogger.com,1999:blog-16813025756587977042024-03-13T10:51:04.046-07:00Telinsong BelitongPernah berpikir sederhana tapi masih dipersulit...
sungkan beradab tutur tapi ingin berkomunikasi
tak apa...dunia belum kiamat
terus berbuat..itu saja
kumpulkan yang kecil dan yang tercecer
mulai dari sekarang...itu sajaFithrorozihttp://www.blogger.com/profile/14119326097914455912noreply@blogger.comBlogger8125tag:blogger.com,1999:blog-1681302575658797704.post-67554855661630306942008-07-05T09:00:00.000-07:002008-07-05T09:04:22.927-07:00Nadiku Tak Pernah Berhenti<div align="justify">“ Bang genggam tanganku”, pinta perempuan itu dengan manja kepada pasangannya. Sudah sejak jam empat sore Sri dan Bahar menikmati jalan-jalan, prosedur kemesraan yang sudah lima tahun ini menjadi simbol hubungan mereka. Bukan cuma Bahar-Sri, muda-mudi lain bahkan pasangan berumur menggandeng mesra pasangan masing-masing di tengah hilir mudik pengunjung Mall besar ibukota ini.<br />“ Mas, ndak apa-apa toh, kita hidup seadanya dulu” tutur perempuan ndeso. Rencana perkawinan mereka terkatung-katung sudah dua tahun terakhir. Orang tua Nunuk menginginkan agar Tejo menjadi pegawai tetap dahulu sebelum menikah. </div><div align="center"><br />****</div><div align="justify"><br />Merekam peristiwa romantis di Mall tidak lah sulit apalagi di Malam Minggu seperti ini. “ Ma ..ma, pindah yuk, jangan dipojok…. berisik, Mentari nggak konsen nih makan Ma”. Bintang nama sulung Nadi sebaliknya berharap dua adiknya nggak rewel, siapa tahu mamanya jadi tertarik lagi dengan laki-laki. Restoran di Mall ini memang tidak pernah membuat partisi, mana ruang keluarga, mana ruang non keluarga, kecuali batas areal yang tidak dan boleh merokok. Manajemen restoran hanya mempertimbangkan gangguan asap rokok, tapi Mentari lebih dari itu. Dia tak ingin mendengar kelakar gombal yang mengelilingi keluarganya. Mentari yang masih kecil saja sesak nafas apalagi Mamanya. Empat anak beranak ini memang tak pernah berpikir suasana makan malam mereka akan terganggu seperti ini. “ Sudah-sudah yang penting kalian makan yang banyak, abang….kakak..adek ayo habiskan , entar ayamnya sedih.. gak kalian makan”. Nadi mencoba berfilsafat bahwa di dunia ini harus ada yang rela berkorban, jika tidak korban-korban akan bertambah terus.<br /></div><div align="center">****<br /></div><div align="justify">Sudah setahun terakhir Nadi menikmati hasil perjuangannya menghentikan jatuhnya korban. Dia sendiri mengurus perceraian karena suami benar-benar tidak peduli dengan urusan rumah tangga. Gaji yang besar, karir yang gemilang dan kemesraan yang mereka jalani selama dua tahun dimasa pacaran tidak bisa menjamin keutuhan rumah tangga. Keluarga mereka jatuh berkeping justru ketika Tuhan menguji pasangan muda ini lewat kakek-nenek dari anak-anak mereka sendiri yang praktis adalah keluarga mereka juga. Orang tua Nadi membutuhkan belaian kasih sayang anaknya karena penyakit yang diderita. Nadi, seperti juga manusia didunia tentu menginginkan hidup dengan sehat, tapi siapa sangka Tuhan memberikan coban hambanya dengan cara yang tidak pernah mereka pikirkan .<br />Sebagian orang seperti juga orang tua Nunuk menganggap kekayaan materi dan kemapanan adalah dasar membina keluarga. “ Kalau dua tangan sudah disatukan beban berat akan terasa ringan” . Tulisan ini terbaca Nadi di etalase toko buku ketika mereka berkemas pulang. Hampir seluruh restoran franchise di Jakarta mengharuskan kalo mau makan harus bayar dulu, berbeda dengan restoran Padang pinggir jalan, makan dulu-bayar nanti. Orang Padang berpikir tidak bakalan menipu kalau sudah berurusan dengan perut. Kalau memang konflik karena urusan nafkah, kembalikan saja ke pepatah lama “ Bulek aik dek pambuluah, bulek kato dek mufakat - bulatnya air mengalir karena pembuluh bambu yang lurus, bulatnya kata karena ada mufakat. Namun zaman berganti tidak sedikit warung padang modern yang menghilangkan azas kekeluargaan dalam mencari dan memberi nafkah.<br /></div><div align="center">****</div><div align="justify">Bintang dan Mentari sejak tadi pagi berkemas, tidak sulit membangunkan keduanya, mereka tahu diri siapa ibu mereka. Buat apa merengek dipasangkan baju seragam, ibunya juga tidak pernah merenggek-merengek hidup sendiri. Pekerjaan laki-laki bahkan diambil alih. Sejak berpisah dengan suami, iklim kemandirian menyelimuti keluarga kecil ini, kecuali adek kecil yang belum bisa dibesarkan dengan iklim asing seperti itu. Pipi tembem menandakan dia memanjakan dirinya, rambut ikal jatuh bebas. Kalo memang sudah kelewat batas, neneknya membatasi. Tugas mengawasi si bungsu beralih peran dari Nadi ke nenek tanpa diketahui sang pemangku kepentingan. Sungkan untuk membangunkan si bungsu untuk pamitan, karena Nadi harus mengejar Bis menuju Jakarta, tetapi kasih sayang sudah ditransfer Nadi ke ibunya. Peran ganda dua perempuan di rumah BTN ini amat terasa, terutama sepeninggalkan pemberi nafkah keluarga ini.<br /></div><div align="center">****</div><div align="justify">Di siang hari penduduk Jakarta jauh lebih padat, daerah hinterland Tanggerang, Depok, Bogor mengepung dari Utara-Selatan,Timur-Barat. Di pinggiran Jakarta mereka tentramkan keluarga, tapi di ibukota mereka mengeksploitasi peluh. Sebetulnya Nadi bisa saja menyopir sendiri dari pinggiran Jakarta ke jantung ibukota, tempat dia bekerja. Tapi akan merugi. Sejak penyakit bapaknya datang menguji, Nadi lah yang menemani Bapak ngobrol. Pak Imam tak bisa apa-apa, apalagi memimpin ekonomi keluarga seperti dulu dia membesarkan anak-anaknya. Kali ini dia butuh dua perempuan di rumah yang ditumpangi bersama sang istrinya.<br />Tanpa disadari insomnia menggeroti Nadi, sebagian waktunya dihabiskan di kursi bis dan kursi kantor. Antara dua kursi dia memilih kursi bis sebagai tempat tidur. Praktis nyenyak tidur tergantung dengan tersedinya kursi kosong. Jadi merugilah perempuan ini kalau harus mengemudi sendiri. Kernet bis saja bisa mengumpat kasar dengan lalu lintas kota apalagi Nadi ………akan hilang aura kecantikannya. Belum lagi harus berbagi konsentrasi, lebih produktif kalau konsentrasi dialokasi untuk karirnya..”..toh ini periuk nasi ” jawaban Nadi kepada putranya ketika Bintang memohon agar mamanya pulang cepat agar Cinta adik bungsu dan Mentari bisa melihat mamanya pulang kerja.<br /></div><div align="justify">****<br />Nadi berbagi kasih sayang antara suami, anak dan orang tua. Lama kelaman, suami Nadi cemburu, tak mau menerima ujian Tuhan. Dua tahun pacarannya hampir tidak dia ingat, Bram suami Nadi sungguh kecewa, kenapa Nadi tidak seperti dulu, berjalan berdua di Mall, nonton di bioskop 21 sambil meremas jari.<br />“ Bukan begitu bang, ini kan keluarga kamu juga, merawat orang tua sama seperti merawat anak kita, toh mereka sudah hidup bersama sejak kita menikah”. Tanpa disadari ungkapan Nadi menjadi titik awal perpecahan pasangan muda dengan tiga anak lucu-lucu. Hari-hari selanjutnya diisi pertengkaran, meski selalu dibungkus sekam. Perubahan Nadi dibaca si sulung, dia dikarbit keadaan hingga mengerti pertengkaran orang tuanya. Tapi si Tembem dan kakaknya, hanya paham orangtuanya sibuk bekerja , titik….. itu saja.<br />Kehidupan hambar dijalani keluarga kecil ini sudah berlangsung dua tahun, sebelum akhirnya…..pleg..pleg lunglai seperti ayam terkena sampar. Nadi mencoba setia dengan kehidupan. Sebetulnya Bram juga tidak punya kekasih gelap. Keduanya yakin hanya cinta segitiga yang membuat orang tak ramah dengan lembaga perkawinan. Sama sekali Bram-Nadi tak menyangka orang ketiga itu telah diturunkan Tuhan lewat kedua orangtuanya. Setulnya ketiga sisi tidak sama besar, sebagai anak sudah wajar menopang keadaan orang tua dimasa senja. Bram juga seperti itu, dia bahkan manja sekali dengan Mamanya. Kalau tidak dengan anak-anak, Bram pergi sendiri mengadu, mengeluh dengan Mama tempat bermanja.<br /><br /></div><div align="center">****<br /></div><div align="justify">Di Sabtu seperti ini biasanya pengujung Mall akan membludak, masih seperti dulu ketika Nadi dan Bram masih bersama. Hanya saja kini Nadi sudah sendiri. Berjalan menghibur diri, menjaga keseimbangan diantara outlet kosmopolitan. Nadi tidak lagi tergiur dengan pernak-pernik accesories kecantikan apalagi mengulang memori di restoran tingkat dua itu. Nadi memanfaatkan sedikit waktu sepulang kerja, melihat buku-buku yang baru terbit. Ini Mas, pramuniaga menunjuk buku di gerai best Seller, ada “AYAT-AYAT CINTA”. Tapi nadi tidak seperti Nadine, yang tak fasih bicara I Love You. Nadi tidak tidak berhenti memikul beban meski hanya lingkup keluarga, soal I Love You dia hanya bersuara dalam hati.<br /><br />Nadi tak pernah jera dengan kehidupan tak berpihak, jalan sudah dilewati tak mungkin kembali. Nadi terus menjaga denyut agar tak berhenti untuk orangtuanya, untuk ketiga anaknya yang diharapkan tumbuh besar seperti kutilang, terbang bebas, menyenandung merdu disela daun-daun hijau.<br />“Ya Tuhanku jadikan anak-anakku lebih mengerti hidup, beri mereka kekuatan untuk melawan keadaan tapi jangan Kau lupakan, Tuhanku Yang Maha Pemurah memberikan keseimbangan diantara tiga pilar kehidupan nanti “ ungkap Nadi dalam do’a dan catatan kecilnya. (Fithrorozi)<br /><br /></div>Fithrorozihttp://www.blogger.com/profile/14119326097914455912noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1681302575658797704.post-47462768556640140952008-07-05T08:27:00.000-07:002008-07-05T08:38:06.566-07:00Tanjungpandan 1838 - 2008<div align="justify">Catatan Sejarah ini dikumpulkan dari berbagai sumber pustaka, Komunitas Telinsong Budaya mengumpulkan catatan dari beberapa buku diantaranya Gedenkboek Billiton 1852-1927, Tweede Deel ‘S-Gravenhage Martinus Nijhoff yang ditulis pada tahun 1927<br /><br /><br />TANJUNGPANDAN DI MASA KOLONIAL<br />Perkembangan Kota Tanjungpandan di masa kolonial dijelaskan panjang lebar dalam buku Gedenkboek Billiton 1852-1927 dan dibuktikan dengan peninggalan budaya kolonial seperti Emplassemen dan Juliana Park di Tanjungpendam, Hoofdkantoor (sekarang Barata Dept Store), Landraad (Kantor Dinas Pendidikan), Holand Indische School (SMPN 1 Tanjungpandan) atau gedung Societet.<br /><br />Perkembangan kota Tanjungpandan masa kolonial diperkirakan mulai dari pertengahan abad XIX –ketika timah mulai dieksplorasi hingga pertengahan abad XX –akhir masa pemerintah kolonial Hindia Belanda.<br /><br />Gedung Societeit. yang terletak di ujung utara pertemuan jalan Gegedek dan Jalan Endek sekarang .Gedung soceiteit semula milik ibu Hong Chong Chun. Selain itu ada gedung societeit lain yang dibangun pada tahun 1871. Menurut keterangan masyarakat pada tahun 1918 pernah menjadi pos jaga militer.<br /><br />Selain pengaruh kolonial, budaya Tionghoa juga mewarnai perkembangan kota seperti Klenteng Hook Tek Che yang dibangun pada tahun 1868 dan rumah Kapiten China Hong Chon Chun (Ho A Jun) yang terletak di jalan Soceiteit Straat (sekarang Jalan Endek). Rumah ini terdiri dari aula dan 8 kamar dilengkapi 8 jendela samping, 7 jendela depan, 1 buah pintu besar dan 2 pintu belakang. Selain sebagai rumah tinggal juga berfungsi sebagai kantor Kapiten Cina dan perkumpulan sosial kaum elit Tionghoa Chung Hwa Hui<br /><br />Jumlah penduduk Tionghoa dari tahun 1856 sampai 1866 meningkat dari 627 menjadi 2724. Umumnya berasal dari daerah Tiongkok Selatan yang didatangkan oleh Maatschappij sebagai imigran bebas. Selain ikatan kontrak mereka juga diikat dengan pemakaian candu sehingga tahun 1857 hak tunggal penjualan candu dikelola oleh orang Tionghoa.<br /><br />Perkumpulan ini juga mendirikan sekolah Chung Hua. Pada bulan Mei 1937 dibangun sekolah Tionghoa lain yakni Sekolah Kien Shien yang menjadi lembaga pendidikan Cina terbesar di Tanjungpandan. Di sebelah barat gedung terdapat bekas panggung terbuka tempat orang-orang Cina menggelar kesenian tradisional pada hari-hari besar Konghucu. Sekolah Kien Shien dalam bahasa Hou Kien bermakna “ bangun baru” yang bertujuan untuk kemajuan .<br /><br />Keberhasilan ekspedisi pertambangan akhirnya mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi masyarakat Pulau Belitung terutama ketika dikelola oleh perusahaan GMB (Gemeenschapplijke Mijnbowmaatscppij Billiton )<br /><br />Sekian lama dibawah pengaruh Belanda, pada tanggal 10 April 1942 sejumlah 2000 orang tentara Jepang mendarat di Tanjung Pandan dengan menggunakan perahu motor dan kapal tunda. Jepang berupaya untuk membumi hanguskan hal-hal yang terkait dengan administrasi dan produksi Belanda termasuk menenggelamkan kapal keruk, tambang dalam Kepala Kampit dengan sengaja dibanjiri sehingga tidak dapat beroperasi. Pada Tahun 1943 terdapat 23 lokasi tambang dengan produksi 633 ton sedangkan dalam tahun 1945 tinggal bekerja 6 tambang saja dengan penurunan produksi yang sangat drastis yakni hanya 51 ton.<br /><br />Pada saat pemerintahan kolonial Belanda masih menerapkan secara mutlak sistem sentralisasi dalam pemerintahan yaitu Goweten dikepalai Residen, Afdelingen dikepalai oleh Asisten Residen dan Onder Afdelingen dikepalai oleh Controlleur dan pada abad XVIII itu pula khususnya pada periode pemerintahan VOC tahun 1722 termasuk periode pemerintahan Daendless tahun 1808 dan Raffles tahun 1811 diperkenalkan nama-nama pangrehpraja seperti Bupati, Patih, Camat dan Lurah/Kepala Desa.<br /><br />Selanjutnya dikenal sistem desentralisasi dalam pemerintahan di Indonesia saat diterbitkannya Desentralisasi Wet 1903, yang kemudian setelah 19 tahun diubah dengan Bestuurhervorming Wet yang mengenai tiga tingkat daerah otonom yaitu provinsi (provinsi ordonansi) kabupaten (regensche ordonansi) dan kota (staatsgmente ordonansi). Berdasarkan acuan landasan hukum diatas dengan Staatsblad (STBL) 1933 No.565 Kepulauan Bangka Belitung ditetapkan menjadi Residentie en Orderherichgheiden dengan pulau utama Bangka sebagai Residen dan Belitung sebagai Onder Afderlingen yang dipimpin oleh Asisten Residen<br /><br />TANJUNGPANDAN DI AWAL KEMERDEKAAN<br />Proklamasi Kemerdekaan Indonesia baru diterima oleh Pemerintah Belitung pada tanggal 6 September 1945 yang dikirim oleh Residen Bangka Belitung (Masjarif) kepada Demang KA.Latif yang bertindak sebagai Wakil Pemerintah Guntyo di Tanjungpandan. Keterlambatan maklumat Proklamasi Kemerdekaan ini mengundang persepsi negative terhadap kepemimpinan Demang KA.Latif<br /><br />Pada tanggal 29 September 1945. K.A. Latif digantikan oleh Muhammad Jusuf dari Bangka sebagai pejabat pemerintah Jepang di Pangkal Pinang (disebut Busyuzityo) yang berpangkat Departements Hoofd. Namun masyarakat menilai, Mohammad Joesoef masih memiliki persepsi dan sikap yang sama terhadap kemerdekaan Republik Indonesia seperti pendahulunya.<br /><br />Pada tanggal 16 Oktober 1945, Bunsyuzityo mengundang dan mengumpulkan semua pegawai pemerintah untuk kemudian mengumumkan kemerdekaan Indonesia. Sejak saat itu semua pegawai pemerintah mengangkat sumpah sebagai pegawai Republik Indonesia. Inilah tonggak pertama proklamasi kemerdekaan Indonesia diumumkan di Belitung<br /><br />Akhirnya K.A. Mohammad Joesoef memutuskan untuk mengumumkan kemerdekaan Indonesia di Tanjungpandan pada tanggal 16 Oktober 1945 bertempat di gedung Sekolah Holland Indische School (HIS) yang sekarang SMP Negeri 1 Tanjungpandan dan dilanjutkan dengan pembentukam Komite Nasional Indonesia esok harinya tanggal 18 Oktober 1945 di tempat yang sama. Pada saat yang sama mendarat pesawat terbang Catalina di Pelabuhan Tanjungpandan (muara sungai Cerucuk) yang membawa pegawai NV.GMB Verschure dan Van der Berg.<br /><br />Selain sebagai pusat pemerintah dan pusat kendali produksi pertambangan, Tanjungpandan juga menjadi bagian sejarah pergerakan politik di Pulau Belitung dari organisasi Muhammadiyah (1924-1950), Partai Nasional Indonesia (1928-1943), Partai Indonesia Raya (1937-19430) hingga Noeroel Islam (1937-1943).<br /><br />Tanggal 21 Oktober 1945, kapal HMS Admiral Tromp, yang dinakhkodai oleh Kolonel Laut Stamp mendarat di Pelabuhan Tanjungpandan. Dalam kapal tersebut ikut serta tentara NICA (Nederlands Indies Civiel Administration) yang dipimpin oleh Mayor Textor. Tentara NICA langsung menduduki kantor polisi, kantor telegraf, tangsi militer, rumah sakit dan menjaga tempat-tempat strategis lainnya. Pendaratan ini memicu perlawanan. Pada bulan November 1945 pergerakan fisik semakin tidak bisa dihindari. Sejumlah tokoh dari Sjuk antara laini Mad Daud Malik, Muhani Mahran, Kulup Kamarudin, R.Margono terlibat dan menggelorakan pertempuan dan terkonsentrasi ke Tanjungpandan.<br /><br />Pasca pergerakan fisik, Tanjungpandan masih menjadi bagian dari kegiatan pergerakan politik seperti Partai Indonesia Muda (1946-1951) Panitia Moektamar Rakyat Indonesia (PAMORI) yang diketuai oleh Dr.Marsidi Joedono, Persatuan Kaum Buruh Indonesia atau PERBAKI Belitung (1945-1947) dipelopori oleh Dr.Marsidi Joedono, Latumenten, Asim Idris, Billiton Raad atau Dewan Belitung (1946-1948 )<br /><br />Kota Tanjungpandan melewati berbagai pergolakan sebelum akhirnya suasana kota menjadi kondusif. Sekitar tahun 1951 Bung Karno dan Bung Hatta mendarat di Pelabuhan Udara Buluh Tumbang. Selama berada di Tanjungpandan, Bung Karno sempat berorasi di Gedung Nasional sementara Bung Hatta meresmikan Pabrik Keramik.<br /><br />Tanjungpandan berkembang karena memiliki infrastruktur layaknya kota pesisir dan menjadi pusat administrasi dan pusat pertumbuhan di Pulau Belitung. Selain Dipati, Tanjungpandan merupakan kepanjangan dari pemerintah yang berpusat di Bangka.<br /><br />TANJUNGPANDAN PUSAT PEMERINTAHAN<br />Penyelenggaran Pemerintahan dari tahun 1950 hingga tahun 2002 (Pembentukan Provinsi Bangka Belitung), Pulau Belitung termasuk Daerah Tingkat II Sumatera Selatan yang beribukota di Tanjungpandan. Pada awalnya terdiri dari 4 wilayah kecamatan, yaitu :<br /> 1. Kecamatan Tanjungpandan<br /> 2. Kecamatan Manggar<br /> 3. Kecamatan Gantung<br /> 4. Kecamatan Membalong<br /><br />Sampai tahun 1971, masyarakat Belitung sangat mengenal dan terikat dengan tiga unsur pokok (Tritunggal) sebagai sesepuh masyarakat desa yaitu Lurah, Penghulu dan Dukun, yang masing-masing mempunyai tanggung jawab sesuai dengan fungsinya dalam masyarakat desa. Pada tahun 1924 mulai dibentuk kelurahan sampai batas tertentu adalah otonomi dimana Belitung Barat terdiri dari 28 kelurahan dan Kewedanaan Belitung Timur dengan 20 kelurahan .<br /><br />Isu membentuk wilayah pemerintah yang terpisah dari Provinsi Sumatera Selatan pernah muncul ketika mengusulkan membentuk negara federal BABERI (Bangka Belitung Riau). Untuk kepentingan tersebut dikirim utusan untuk menghadiri Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda pada tahun 1949 yakni Saleh Achmad dan Dr. Lim Chai Lie dari Bangka serta Kiai Agus Yusuf dari Belitung, bersama dengan wakil negara bagian lainnya serta wakil Negara Kesatuan Republik Indonesia.<br /><br />Pada masa pemerintahan RIS, KA.Yusuf yang menjabat sebagai Demang (Bupati) bersama Tjhang Tjin Kon mewakili Bangka Belitung dalam delegasi RIS di Konferensi Meja Bundar di Denhaag Belanda, pada tanggal 27 Desember 1949. Sebagai Wakil Kepala Daerah Belitung diangkat Prof.Dr.H.Marsidi Joedono. Selain Joedono (orang tua dari Billy Joedono Mantan Ketua BPK era Presiden Soeharto), jabatan Wakil Kepala Daerah dikekal dengan sebutan Bupati Muda (dijabat Panjaitan) dimasa pemerintahan Bupati Hanandjudin, dan kini (periode 2004-2009) disebut Wakil Bupati.<br /><br />Namun demikian, setelah pengabungan dengan NKRI, status Bangka Belitung terdegradasi turun menjadi Kabupaten, karena Perpu No.3/1956 menghapuskan status Keresidenan dan melalui UU Darurat No.4 Tahun 1956, Bangka Belitung digabungkan menjadi bagian dari Propinsi Sumatera Selatan.<br /><br />Masa Ke-Dipati-an telah berakhir, sejumlah Kepala Daerah telah menjadikan Kota Tanjungpandan sebagi pusat pemerintah dan yang pasti tidak lagi di Kampong Raje. Kekhawatiran terhadap muncul “kerajaan kecil “ di otonomi daerah memang selalu ada. Namun mereka yang telah berbuat sudah layak kita hargai , yang salah diperbaiki yang benar ditauladani. Kami, Komunitas Telinsong Budaya hanya mengumpulkan dengan segala hormat catatan ini pun masih butuh koreksi. Kami menghargai dan mentauladani pemimpin kami, para Bupati maupun pejabat Bupati yang pernah menjabat sebagai Kepala Daerah di Pulau Belitung.<br /><br /> 1. Adji Murod (1950-1952)<br /> 2. Mustafa Ratu Tunggal (1953-1954)<br /> 3. Oemar Said (1955) <br /> 4. Zainal Abidin Pagar Alam (1955-1958) <br /> 5. Raden Abdullah (1959-1960)<br /> 6. Raden Sumbadjie (1960-1961)<br /> 7. Wahab Adjis (1951-1967)<br /> 8. Letkol (Purn) TNI AU H.Achmad Sanusi Hananjuddin (1967-1972)<br /> 9. Koesnio Hadi (1973-1977)<br />10. Datuk Lela Siregar, SH (1977-1978)<br />11. Mas Sofyan (1978-1980)<br />12. Cholil Aziz, SH (1980-1981<br />13. Kolonel (Czi) H.Soemarsono (1981-1986)<br />14. Kolonel (Czi) H.AS.Kristyanto (1986-199<br />15. Letkol Inf Urip TP.Alam (1991-24 Sep 1998)<br />16. Nang Ali Solichin (24 Sep 1998- 6 Maret 1999)<br />17. Ishak Zainudin, Bsc (1999 – 26 Februari 2004)<br />18. Ir.H.Darmansyah Husein (2004-2009)<br /> </div>Fithrorozihttp://www.blogger.com/profile/14119326097914455912noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1681302575658797704.post-70146902387401324722008-07-05T08:09:00.000-07:002008-07-05T08:27:02.586-07:00Belitong Antara Kolonial, Feodal dan Komunal<p align="justify">Sejak Ki Ronggo Udo memasuki wilayah Pulau Belitung abad ke-15 dengan menyusuri Sungai Buding, di Pulau Belitung sudah bermukim sekumpulan masyarakat. Karena ada penduduk Ki Ronggo Udo dapat membangun sebuah “kerajaan kecil” yang berpusat di Badau. Pada masa ini istilah Depati belum berlaku.<br /><br />Salah satu bukti kekuasaan ke-dipati-an adalah munculnya gelar-gelar Kiai Agus yang belum dikenal diawal-awal pemerintah kerajaan Badau dan berlakunya berbagai titah yang dicanangkan Depati Tjakraninggrat. Beberapa titah terurai dalam beberapa pasal sebagai berikut :<br /><br />PASAL A<br />Peraturan mengenai keturunan Depati meliputi 4 (empat) bagian, meliputi :<br /><br /> · Kiai Depati Tjakraninggrat adalah Raja Belitung<br /> · Gelar K.A (Kiai Agus) untuk keturunan laki-laki dan NA (Nyi Ayu) untuk keturunan perempuan <br /> · Sebutan Awang untuk bujangan dan Dayang untuk sebutan perempuan<br /> · Mak dan Ayah keturunan kedua kali dari sebelah perempuan, tetapi yang menjadi ahli waris Kiai Depati Tjakraninggrat keturunan sebelah laki-laki, yaitu Kiai Agus dan Nyi Ayu untuk perempuan yang berhak menerima pusaka (hak) Kiai Depati untuk keturunan pendahulu berhak mendapatkan pangkat Depati dengan gelar Tjakraninggrat,<br /><br />Jika Depati wafat harus diangkat lebih dahulu pengganti yang baru dari anak keturunan tertua dengan sebutan punggawa, tetapi jika belum ada boleh anak lelaki lain yang diangkat Kiai Depati, jika tidak ada anak laki-laki, maka harus diangkat saudara laki-laki Depati atau anak saudaranya atau cucunya atau cucu Depati tertua dari sebelah laki-laki yang bernama Kiai Agus. Tetapi jika semuanya tidak ada, anak perempuan atau saudara perempuan yang bergelar Nyi Ayu dapat diangkat menjadi Depati Belitung.<br /><br />Proses pengangkatannya dipilih dan ditetapkan oleh Ngabehi- Ngabehi dari Depati Tjakraninggrat bersama punggawa dan seluruh Pegawai Negeri Belitung serta rakyat yang tua. Jika Depati Tjakraninggrat tidak berada ditempat maka lelaki yang sudah bergelar punggawa atau anak laki-laki Depati dapat menggantikan Depati untuk menjalankan segala kewajiban Depati Tjakraninggrat<br /><br /><br />PASAL B<br />· Anak laki-laki dan perempuan pada orang tua perempuan, atau anak awang disebut Awak. Orang tua perempuan disebut umak Untuk orang tua laki-laki dipanggil Aya<br />· Jika saudara kandung menyebut nama Kiai Agus atau Nyi Ayu begitu saja, tetapi adeknya memanggil Kak pada saudara laki-laki yang lebih dua darinya<br />· Jika Bapak saudara tua memangilnya Awak dan yang muda Paman<br />· Untuk Umak saudara tua panggilannya Awak yang muda panggilnya Bibi<br /><br /><br /> PASAL C<br />Perangkat Kebesaran Depati<br />Perangkat kebesaran Depati meliputi :<br />· Bendera Ular-Ular, Payung yang serba kuning digunakan pada saat kelahiran atau wafat<br />· Untuk anak Depati terutama yang bergelar Pungawa menggunakan Bendera ditengah kuning dipinggir hijau<br /><br />PASAL D<br />Pesta Perayaan Perkawinan (Gawai)<br /> <br />Jika Depati mengawinkan anak atau cucunya dengan sebuah pesta perayaan disertai dengan berkhatam Al-Quran begitupun pada saat bersunat. Peraturan adat yang berlaku dalam perayaan adalah sebagai berikut :<br /><br />.Apabila hendak melaksanakan perayaan, Depati memanggil para Ngabehi Distrik, Qoriah, Batin, Lurah, Mandor dan dukun–dukun kampung ke tanah pusaka Depati (rumah Depati), Jika semua sudah berkumpul Depati mentitahkan (menyampaikan) hajat untuk dijalankan sesuai dengan adat.<br /><br />· Para Ngabehi dan Pegawai Negeri mengatur segala pekerjaan, mengerahkan rakyat, membuat Balairung untuk tempat gong, kelinang, gendang dan sebagainya<br /><br />· Apabila sudah pekerjaan direncanakan dan peralatan sudah disiapkan, Depati bertitah (menentukan) hari atau batas waktu selesainya semua pekerjaan<br /><br />· Para Ngabehi dan Pegawai Negeri mempersembahkan aneka rupa persembahan seperi daging rusa, kijang, pelandok (kancil), ayam atau beraneka macam sayuran serta beras cerai dan ketan.<br /><br />· Pada sore harinya dukun kampung melakukan selamat kampung. Jika sudah selesai maka gong, kelinang dan gendang dipukul serta ditiupkan serunai di sebuah Balai. Di halaman ramai masyarakat menari sebagai tanda bahwa Gawai sudah dimulai.<br /><br />· Para Ngabehi dan Pegawai Negeri serta rakyat yang diundang berkumpul di Majelis Balai Raja, disana disediakan makan dan mimum yang pantas dan bersuka ria bermain aneka rupa permainan, ada yang memukul gedang, menari dan banyak juga yang berjudi sabung ayam<br /><br />· Apabila penganten pergi mandi, pergi ke pelaminan atau pergi bertemu penganten perempuan dirumahnya atau pergi berkhatam atau bersunat maka akan diarak disuatu tempat dengan bentuk seperti burung merak atau bentuk lain yang indah diarak keliling kota dengan gong dan gendang serta bunyi-bunyian lain yang sudah disediakan sebelumnya diserta sejumlah perangkat kerajaan dan dipasangkan meriam atau lila dan senapan sebagaimana sudah diatur sebelumnya.<br /><br />· Jika penganten hendak mandi bersiram maka terlebih dahulu diletakan diatas timbangan yang telah diatur sesuai adat dengan dililit kain kuning. Kemudian dibacakan doa-doa. Penganten didudukan diatas timbangan sebelahnya ditaruh uang ringgit dan bujong berisi air mandi penganten kira-kira seperempat jam lamanya, lantas berangkat ketempat yang lain, buat bersalin pakaian yang akan digunakan untuk bersiram. Setelah menyiram penganten dan kaum lelaki dan perempuan bersimbur-simburan air sesuka mereka, aturan ini akhirnya bukan saja diikuti oleh anak cucu Depati tapi juga menjadi adat masyarakat<br /><br />Perangkat kebesaran seperti gong, bendera, meriam, kelinang dan gendang dibunyikan pada saat perayaan hari besar, lebaran haji ataupun awal puasa sekaligus menjadi simbol kegembiraan masyarakat.<br /><br /><strong>Nampak Tilas Perjalanan Hidup KA.Rahad (1 juli 1838 – 24 november 1854)</strong><br />Pusat pemerintahan berada di Balok Lama dan Balok Baru Tebing Tinggi, kemudian Depati Tjakraninggrat V dan saudara mudanya ikut memimpin negeri, saudaranya yang muda ini disenangi rakyat, karena Depati Tjakraninggrat V sifatnya agak keras, kemudian Depati Tjakraninggrat VI memindahkan pusat pemerintahan ke Cerucuk sampai pada masa kepemimpinan Depati Tjakraninggrat VII. Pusat pemerintah di Cerucuk kian hari bertambah ramai karena kemudahan akses pelayaran. Seperti halnya kebanyakan Raja Melayu, Depati pun memiliki tanah pusaka.<br /><br />Setiap tanggal 1 Juli tokoh masyarakat dan aparatur pemerintah rutin berziarah ke makam KA.Rahad yang terletak di Desa Kembiri. Namun jarang sekali Makam KA.Hatam yang bergelar Depati Cakraninggrat VII (orang tua KA.Rahad ) yang berada di dekat Sungai Cerucuk diziarahi terutama pada saat peringata Hari Jadi Kota Tanjungpandan.<br /><br />Pada tanggal 17 Mei 1812, Inggris resmi menjajah Belitung, namun tidak pernah berada di Belitung. Melalui Mayor Gourt, Inggris kemudian mengangkat Raja Akil dari Siak sebagai kepala (penguasa) pulau Belitung tetapi ia pun tidak tinggal di Belitung dengan maksud memutuskan hubungan antara K.A Mohammad Hatam dengan Raden Keling yang bertempat tinggal di Toboali Bangka yang karena suatu sebab tidak disukai Inggris. </p><p align="justify">Pada masa Depati Tjakraninggrat VII ( Kiai Agus Mohammad Hatam) tepatnya tahun tahun 1824 Pemerintah Barat mulai memberi tulage tiap-tiap bulan f.150,-. Namun kemudian dihilangkan. Jumlah uang sebesar itu berasal dari hasil penambangan timah disisihkan. Perusahaan Belanda juga memberikan sejumlah dana pembangunan untuk masyarakat yang lebih dikenal dengan Bevolkingfonds Billliton. Dana tersebut antara lain dimanfaatkan untuk mendirikan Sekolah Teknik Pertukangan dan Teknik Mesin (Ambacht Cursus) di Manggar .<br /><br />Tahun 1813 Raja Akil yang waktu itu belum pernah datang ke Belitung datang ke Cerucuk. Ia langsung menjalankan siasat liciknya untuk menjatuhkan kekuasaan Kiai Agus Mohammad Hatam. Dalam Syair Perang Palembang Nomor 1, 31 dan 32 , sifat Raja Akil digambarkan :<br /> <br /> Alkisah pertama mula<br /> Pangeran Muhammad membuat cela<br /> Raja Akil demikian pula<br /> Beserta dengan kafir segala<br /><br /> Holanda semuanya banyaklah lari<br /> Diusir hulu balang kesana kemari<br /> Raja Akil siap pencuri<br /> Didalam rakit melindungi diri<br /><br /> Itulah Raja yang sangat hina,<br /> Ditanah Melayu tidak berguna,<br /> Ditanah Belitung membuat pesona<br /> Masuk kompeni pergi melanda<br /><br />Raja Akil menjalin persahabatan dengan saudara sepupu dan ipar KA. Mohammad Hatam sebagai bagian dari siasat liciknya. KA. Mohammad Hatam dibunuh pada saat sedang tidur tetapi putra Raja Balok VII KA Rahad berhasil lolos dan luput dari serangan pasukan aliansi Raja Akil. Masa pemerintahan KA Hatam dari 1785 hingga 1813 atau kurang lebih 27 tahun. Saat itu K.A. Rahad berumur 15 tahun beserta saudara-saudaranya melarikan diri dan membuat tempat kediaman di daerah Sungai Mending (Kembiri).<br /><br />KA.Hatam dimakamkan di komplek makan Cerucuk atau disebut Situs Kota Tanah Cerucuk. Terdapat 14 makam yang merupakan makam keluarga Raja Balok. Diantara makam-makam tersebut terdapat dua makam Raja Balok, yaitu KA Mohammad Hatam yang bergelar Depati Tjakraninggrat VII (1758-1815) dan Ki Agus Mohammad Saleh yang bergelar Depati Tjakraninggrat IX (1856-1873).<br /><br />KA Hatam didampingi istrinya Nyi Ayu Embi yang menurunkan 3 (tiga) putera dan 5 (lima) puteri yakni :<br /> 1. K.A. Ancun<br /> 2. Nyi Ayu Ketak<br /> 3. Nyi Ayu Kunut<br /> 4. Nyi Ayu Kuni<br /> 5. Nyi Ayu Nerulit<br /> 6. K.A. Rahad<br /> 7. K.A. Mohamad Saleh<br /> 8. Nyi Ayu Kuning<br /><br />Sepeninggalan Depati Tjakraninggrat VII, untuk melanjutkan pemerintahan diangkatlah Ki Agus Rahad sebagai Depati Tjakraninggrat VIII. KA.Rahad memerintah pada tahun 1821 hinggga 1854 yang berkedudukan di Kota Tanah Cerucuk, namun baru dilantik pada tanggal 1 Juli 1838. (tanggal tersebut selanjutnya dijadikan Hari Jadi Kota Tanjungpandan).<br /><br />Beliau memindahkan Pusat Pemerintahan dari Kota Tanah Cerucuk ke Tanjung Gunung (Hotel Dian sekarang). Selain memindahkan pusat pemerintah. Ki Agus Rahad berperan dalam mengubah Sistem Tambang Sumur Palembang menjadi Sistem Parit yang berpusat di Air Siburik dan Lesung Batang. Dan di masa GMB beliau membentuk sebuah Yayasan Rakyat Belitung.<br /><br />Asisten Residen JLE Schepern dalam laporan politiknya mengakui bahwa wibawa dan pengaruh Ki Agus Rahad memang besar dilingkungan rakyat Belitung. Itulah sebabnya ketika Belanda mulai membangun kekuasaan di Belitung tanpa mengindahkan hak-hak yang sah Ki Agus Rahad dan para bangsawan Belitung lainnya, kekacauan melanda pulau ini.<br /><br />Depati Tjakraninggrat VIII Kiai Agus Rahad bertempat tinggal di Tanjung-Gunung. Tempat dimana Kiai Agus Rahad bersembunyi dari tragedi pembunuhan Romo-nya. Beliau sempat terkena tikaman, tetapi beruntung lukanya tidak berbahaya. Sejak saat Tanjung-Pandan dikembangkan dan menjadi pusat Belitung saat itu. Bekas-bekas upaya beliau membangun daerah dapat dilihat dari hidupnya pohon-pohon manggis, durian, dan kelapa-kelapa, yang ditempati Veldpolitie sekarang ini. Pada 1838 Ki Agus Rahad menetap di Tanjung Simba<br /><br />Asisten Residen JLE Schepern dalam laporan politiknya mengakui bahwa wibawa dan pengaruh Ki Agus Rahad memang besar dilingkungan rakyat Belitung. Bangsa asing dalam waktu-waktu tertentu mengirim wakil-wakil mereka untuk mengamati Pulau Belitung. Belanda mulai membangun kekuasaan di Belitung tanpa mengindahkan hak-hak yang sah Ki Agus Rahad dan para bangsawan Belitung lainnya, kekacauan melanda pulau ini. <br /><br />Pada tahun 1822, bala tentara Hindia Belanda mendirikan benteng pertahanannya di Tanjung Gunung (bagian selatan Tanjungpandan sekarang). Keberadaan benteng di Tanjungpandan menunjukkan upaya Belanda melindungi kepentingannya di Pulau Belitung. Benteng Kuehn adalah benteng yang didirikan pertama kali oleh tentara Hindia Belanda yang berfungsi sebagai markas tentara sekaligus benteng pertahanan untuk mengawasi situasi perairan di sekitar Tanjungpandan. Benteng ini difungsikan sejak tahun 1823 – 1826. Sayangnya kondisi benteng hingga saat ini, hanyalah terlihat sisa pondasi saja.<br /><br />Tepat 1 Juli 1838, Ki Agus Rahad akhirnya dilantik sebagai Depati Tjakraninggrat VIII. Ini merupakan bentuk pengakuan Belanda. Tanggal tersebut selanjutnya dijadikan Hari Jadi kota Tanjungpandan. Berdasarkan officieel Pemerintah Barat didalam tahun 1835, Kiai Agus Rahad ditetapkan sebagai Depati Tjakraninggrat (Wettige Depati). Kemudian didalam tahun 1838 diberikan lagi tulage f.600,-- bersama 81½ picol beras dan 90 picol garam, tiap-tiap tiga bulan sekali mengambilnya dari Tuan Kongsi Toboali (Bangka) yang dianggap keperluan bagi perahu-perahu Kruis, dan menjaga keamanan Pulau Belitung, yang sering didatangi musuh-musuh, perampok, dan lanun, bajak sulok dan lain-lain.<br /><br />Selain mengembangkan pusat pemerintah K.A.Rahad berperan dalam mengubah Sistem Tambang Sumur Palembang menjadi Sistem Parit yang berpusat di Air Siburik dan Lesung Batang. Dan di masa GMB beliau membentuk sebuah Yayasan Rakyat Belitung. Pada masa pemerintahan Kiai Agus Rahad, wilayah pemerintahan dibagi kedalam 6 (enam) distrik, yaitu : <br /><br /> 1. Tanjung-Pandan, dibawah Depati Tjakraninggrat<br /> 2. Sijuk, dibawah wewenang Ngabehi Jinal<br /> 3. Buding, dibawah wewenang Ngabehi Awang<br /> 4. Badau, dibawah Ngabehi Rachim<br /> 5. Belantu, dibawah wewenang Ngabehi Draip<br /> 6. Lenggang, jadi satu dengan Distrik Tanjung-Pandan. </p><p align="justify">Distrik Lenggang dikuasakan kepada saudara Kiai Agus Lusoh. Peraturan tersebut ditetapkan Depati Tjakraninggrat VI, didalam tulisan “Titah Depati” pada Kiai Agus Munti menjadi Punggawa wakil Kiai Depati Belitung.<br /><br />Diserahkan sebidang tanah yang terletak di District Lenggang kepada rakyatnya didalam batas itu, kemudian hasil dari pengolahan tanah dikenakan pajak termasuk hutan di distrik tersebut. Hal ini untuk diberikan kembali ke pegawai-pegawai pemerintahannya karena mereka tidak mendapat gaji dari Pemerintah Barat. Pemberian sebidang tanah di Distrik Lenggang pernah diterima Depati Tjakraninggrat VII yang tak lain ipar Kiai Agus Munti anak Depati Tjakraninggrat V, dan berhak memungut hasil bumi dan hasil hutan di distrik tersebut, serta mengatur rakyat untuk bekerja di ladang milik Depati.<br /><br />Pada tahun 1852 konsesi Belanda diberikan dan Belitung dipisahkan dari Bangka. Dalam soal administrasi dan kewenangan penambangan timah, pemisahan ini adalah hasil desakan J.F Loudon (Kepala pemerintah pusat di Batavia). Hal ini untuk mencegah kebijaksanaan pengaruh buruk dari Residen Bangka yang iri melihat pertambangan timah yang berkembang dengan pesatnya di Belitung.<br /><br />Ki Agus Rahad meninggal tahun 20 April 1854 dalam usia 54 tahun (menurut pihak ahli waris pada usia 64 tahun). KA.Rahad mempunyai seorang putri bernama Nyanyu Kubu dari perkawinannya dengan Dayang Sawuk. Karena tidak mempunyai putera, beliau digantikan oleh adiknya yang bernama Ki Agus Mohammad Saleh. Konon beliau ingin dikuburkan ditengah-tengah Pulau Belitung Berdasarkan cerita rakyat tersebutnya pencarian terhadap makam KA.Rahad mulai dilakukan. yang diperkiraan berada di Air Kurik (Kembiri, Membalong)<br /><br />Kuburan beliau saat ini berada di Dusun Air Labu Desa Kembiri. Disampingnya terdapat makam istrinya. Karena tidak berputra Ki Agus Rahad digantikan dengan adiknya Ki Agus Mohammad Saleh yang kawin dengan Njai Tjiduk dan bertempat tinggal di Air Berutak. Selama hidupnya beliau telah mengalami banyak kejadian yang pahit dan tragis, beliau meninggal pada permulaan perubahan-perubahan besar dalam Pulau Belitung.<br /> </p>Fithrorozihttp://www.blogger.com/profile/14119326097914455912noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1681302575658797704.post-9190461560166465892008-04-19T22:47:00.000-07:002008-12-08T21:52:40.414-08:00<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_5hxWrVjCjBk/SArbwciEc7I/AAAAAAAAAAs/WtCnO6b0XeM/s1600-h/Fitro+di+Istana+Pagaruyuang+%282%29.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer;" src="http://2.bp.blogspot.com/_5hxWrVjCjBk/SArbwciEc7I/AAAAAAAAAAs/WtCnO6b0XeM/s320/Fitro+di+Istana+Pagaruyuang+%282%29.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5191203145837212594" border="0" /></a><br />..Kenapa ponorogo<br />..Kenapa Cual<br />..Kenapa Sungkok Resam<br />..Kenapa Songket kita<br /><br />Kita punya beragam kekayaan menjadi accesories bangsawan, menjadi simbol kejayaan tradisi. Kenapa kalah dengan mesin-mesin kapitalis<br /><br />Mari duduk bersama......Fithrorozihttp://www.blogger.com/profile/14119326097914455912noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1681302575658797704.post-14551347198548914282007-11-26T00:25:00.001-08:002007-11-26T00:27:22.283-08:00REVITALISASI PERMAINAN ANAK SEBAGAI PERISAI BUDAYA GLOBAL<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span style="" lang="SV">” Si Budi kecil kurus menggigil,..koran tadi pagi dijual sore.....soal dari sekolah selesai setengah...sanggupkah si Budi diam di dua sisi. </span></i><span style="" lang="SV">Cuplikan lirik lagu Iwan Fals ini menggambarkan begitu banyak anak kota yang hak bermainnya dirampas dan terlantar demi mendapatkan penghasilan. <span style=""> </span>Bagi anak kota berdagang di jalanan (asongan) adalah kenyataan dan <span style=""> </span>dinamika hidup yang harus dijalani. Kalau tidak menjadi tempat bermain, jalanan menjadi tempat berjuang. Meski berdagang telah menjadi keseharian,<span style=""> </span>anak-anak tidak banyak tahu soal permainan dagang yang didalangi pengusaha-pemodal besar yang menjadi ciri ekonomi global. Hak-hak<span style=""> </span>bermain yang justru menjadi indikator perkembangan anak menuju masa depan. Ironisnya banyak usia produktif tidak mampu mencari pekerjaan.<o:p><br /></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Hutan rimba telah berganti dengan rimba gedung (<i style="">concrete jungle</i>), bahkan anak kota susah membedakan mana kerbau mana sapi. Sementara di kampung kami, alam menjadi sahabat anak sekaligus <span style=""> </span>guru yang <span style=""> </span>mengajarkan kearifan, cara bertahan dan berproses yang justru tidak diajarkan di bangku sekolah. Semua itu dinikmati dengan leluasa. Kemurahan alam membuat anak-anak kampung lebih mudah berkreasi dibandingkan anak kota <span style=""> </span>yang sarat dengan adegan kekerasan dan tekanan.<o:p><br /></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Dalam <span style="color: black;">Konvensi Hak Anak (berusia 18 tahun kebawah), bermain dan mencapai kesenangan adalah hak perkembangan anak yang perlu dilindungi. Tiga dari empat tema hak anak lainya <span style=""> </span>meliputi Hak SURVIVAL yaitu hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak; Hak PARTISIPASI yakni hak untuk bebas dalam mengemukakan pendapat dan bersuara berkaitan dengan kehidupan anak dan hak untuk mengkomunikasikan pandangannya untuk mendapatkan perhatian serius dan hak <span style=""></span>PROTEKSI, hak perlindungan diberikan kepada anak-anak yang masuk dalam kategori : pengungsi, korban konflik, anak tanpa orang tua dan sebagainya.</span><o:p><br /></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Masyarakat perdesaan dikenal dengan masyarakat<span style=""> </span>agraris. Dimana sumberdaya alam mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi. Dengan demikian kerusakan alam akan berpengaruh terhadap pola hidup yang mereka jalani. Pun demikian dengan perkembangan anak. Perlindungan terhadap hak anak dalam mencapai kesenangan sama artinya dengan melindungi wilayah permainannya, yang tak lain<span style=""> </span>alam itu sendiri. Perubahan alam yang drastis menimbulkan kejutan budaya bagi anak. Pola permainan menjadi lebih reaktif.<o:p><br /></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="" lang="SV">Kreativitas di waktu luang<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Dalam benak anak tiada hari tanpa bermain, mencari kesenangan. Kesenangan itulah yang menjadi dasar bepikir positif yang mendorong perkembangan kreativitas anak. Untuk bermain di alam bebas, masyarakat kota mengikutsertakan anak-anaknya<span style=""> </span>dalam <i style="">Program<span style=""> </span>Outbound </i>yang tumbuh menjamur. Itupun baru bisa dilakukan<span style=""> </span>jika masa liburan anak bersamaan dengan masa libur orang tua. Keterbatasan ini menjadi peluang usaha. Pengelola Pondok Indah Mall, Jakarta bahkan menyewakan dinding bangunan untuk <span style=""> </span><i style="">handholds </i>panjat tebing. Orang tua berbelanja anak bermain.<o:p><br /></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Di kampung, permainan itu harus diciptakan dan digagas sendiri mulai dari alat, aturan dan jumlah pemain. </span><span style="" lang="FI">Lebih dari itu sebuah permainan harus bisa diikuti teman-teman hingga membentuk kelompok bermain (kid’s club). Adapun bentuk permaian disesuaikan dengan waktu dan kondisi lingkungan.<span style=""> </span></span><span style="" lang="SV">Jika musim hujan mereka menciptakan bermain kapal-kapalan yang dirancang sendiri dari pelepah sagu. Begitupun dimusim kering, halaman yang luas adalah surga bermain. D<i style="">or name</i> (perang-perangan), pancak (batu bersusun), <i style="">bepangkak</i> (mengadu buah karet), <i style="">main juai</i> (egrang),<i style=""> pengangin</i> (baling-baling penentu arah angin) adalah bagian dari permainan dimana alatnya <span style=""> </span>diciptakan sendiri yang didapatkan langsung dari alam atau memanfaatkan barang-barang bekas. Ada mobil-mobilan yang menggunakan <i style="">kelahar ataupun </i><span style=""> </span>memanfaatkan papan kas membuat pistol-pistolan. Jarang sekali orang dewasa membatasi meski sekedar mengawasi . Karena sifatnya yang tradisional, orang dewasa pun pernah melakukannya di masa kecil.Bagi Budiarti S.Sos-kini menjadi wakil rakyat, permainan masa kecil di Membalong bukan hanya menawarkan kesenangan tapi juga melatih anak untuk bersikap jujur. Untuk bermain <i style="">bidok </i><span style=""> </span>atau permainan kepala ular yang dibentuk dari susunan buah kemiri harus terlebih dulu direndam, yang tidak berisi harus dibuang dan disaksikan semua<span style=""> </span>pemain.. </span><span style="" lang="FI">Itupun harus disaksikan seluruh pemain.Akan mengasyikkan jika lebih dari 3 (tiga) orang yang bermain. Dilihat dari keluasan lahan dan sumberdaya alam yang relatif lebih baik dibandingkan dengan kecamatan lain. Membalong memiliki potensi permainan anak tradisional yang cukup kaya. Oleh karena itu sangat dimungkinkan untuk dikembangkan menjadi Desa Wisata Budaya. <span style=""> </span></span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="FI">Umumnya permainan anak tradisional mendorong perkembangan physicomotoric dan afektif (sikap). Permainan anak laki-laki cenderung diluar ruang, eksploratif dan koordinatif. Unsur-unsur permainan tersebut mengembangkan<span style=""> </span>ini yang meSelama permainan terlihat bagaimana mereka berorganisasi. Hal yang berbeda dari anak perempuan. Ketekunan dan ketelitian yang menjadi ciri anak perempuan mempengaruhi jenis-jenis permainannya seperti main bekel dari bola yang dibuat dari getah pohon karet, <i style="">main cangkul (</i>mengambil satu diantara tumpukan lidi) atau main <i style="">icak-icakan </i>(mendesain interior ruang <span style=""> </span>dalam<span style=""> </span>pondasi rumah berpasir). Sedang permainan laki-laki yang memiliki unsur arsitektural antara lain <i style="">nyerekap</i> (perangkap burung yang terbuat dari tanaman apit-apit).<span style=""> </span>Permainan anak tradsional berkembang seiring berkembangnya kemampuan anak dalam mengidentifikasi, memodifikasi dan mengadaptasi alam dan lingkungan sosial mereka.<span style=""></span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="" lang="SV">Transformasi permainan tradisional<br /></span></b><span style="" lang="SV">Pengaruh budaya global itu seperti cengkraman elang yang mengintip gerak-gerik ”anak ayam” negara berkembang. Pertanahan dari budaya global hanya mengandalkan pagar-pagar budaya dalam jalinan tradisi masyarakat. Tak bisa menolak produk asing apalagi dengan membakar barang-barng impor seperti peristiwa Malari. Pengalaman berbangsa menuntun kita melakukan transformasi budaya. ” <i style="">Untuk memenangkan permainan dibutuhkan strategi<span style=""> </span>yang memadukan masa lalu dan masa depan. Permainan harus memperhatikan jejak sekaligus mengatur langkah ke depan. Kata kuncinya adalah keseimbangan dan bridge adalah bagian dari keseimbangan itu ”</i>. Apa yang dikemukan Ir.Nazalyus dalam diskusi sore itu menginspirasikan penulis mencari bentuk transformasi permainan tradisional namun berwawasan global.<o:p><br /></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Aturan dasar dalam pertandingan bridge ataupun gaple adalah susunan. Merubah aturan pertandingan kedalam permainan tentu menyenangkan bagi anak apalagi menggunakan gambar. <span style=""> </span>Karenanya kartu <i style="">gaple</i> dapat dijadikan media pendidikan dan jembatan menuju pengetahuan global (berbahasa Inggris). Kartu <i style="">gaple</i> dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama berisi gambar dan bagian dibawahnya teks yang menerangkan gambar. Kartu yang lain dijadikan penghubung bertulis kosa kata Bahasa Inggris. Semakin banyak <i style="">vocabulary</i> yang dikuasi semakin banyak pula kartu yang diciptakan. Setiap paket permainan terdapat kartu yang berfungsi ganda seperti <span style=""> </span><i style="">jocker</i> dalam permainan kartu remi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Masing-masing daerah memiliki jenis permainan yang dimodifikasi sesuai kondisi lingkungan demikian juga dengan nama permainan. Keunikan tersebut membangun karakter atau tradisi masyarakat lokal. <span style=""> </span>Tanpa disadari anak-anak telah menjadi pejuang hak-hak komunal (<i style="">comunaal recht</i>) yang menjadi perisai budaya dari serangan pasar bebas yang serakah. Produk-produk impor yang cepat rusak (<i style="">windfall product</i>) umumnya memanfaatkan emosi anak terhadap warna dan <span style=""> </span>bentuk selain <span style=""> </span>penyeragaman selera yang memungkin produksi masal dapat diserap anak-anak. Perkembangan dunia telematika (telekomunikasi, informatika dan multimedia) mendorong rasa ingin meniru, <i style="">rio madu rio kumbang </i>(demonstrative effect). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Sementara<span style=""> </span>permainan tradisional diciptakan oleh anak itu sendiri dimana kemampun ber-produksi mengurangi keinginan ber-konsumsi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Lebih dari itu, pasar bebas telah<span style=""> </span>menyerang dunia pendidikan dasar kita melalui komersialisasi. Anak dituntut mengejar nilai kompetitif<span style=""> </span>kognitif dengan cara instan. Transformasi budaya ini diharapkan tidak terbatas pada permainan ” Gaple Kosakata” saja tetapi menyentuh pada perubahan sikap anak. Anak memiliki hak untuk tahu dan mengerti, jangan mereka dibangun dengan pemikiran negatif, ”<b style=""><i style=""> Itu tidak, ini jangan dan itu tidak baik”.<span style=""> </span><o:p></o:p></i></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><span style="font-style: italic;"><span style="font-weight: bold;">D</span></span><b style=""><i style=""><span style="" lang="SV">itulis dalam rangka Hari Anak Nasional<o:p></o:p></span></i></b> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p>Fithrorozihttp://www.blogger.com/profile/14119326097914455912noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1681302575658797704.post-59666915911312940932007-11-26T00:19:00.000-08:002007-11-26T00:23:01.950-08:00POSISI PEMUDA DALAM DINAMIKA GLOBAL DAN LOKAL(Disampaikan Dalam Sarasehan Pemuda, DPD KNPI Kabupaten Belitung<br />Tanjungpandan, 25 Oktober 2007) <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV">Desa Parang Bulo berjarak kurang lebih 25 km dari Pusat Kota Tanjungpandan, Desa yang ditetapkan pemerintah sebagai bagian dari Kawasan Agropolitian ini, bisa jadi mewakili desa-desa lain di Kabupaten Belitung yang memiliki wariosan budaya yang masih asli (indigeneous)<o:p><br /></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV">Kepala kampong yang biasa disebut Dukun Kampong memiliki Balai Dukun, pondok kecil yang digunakan masyarakat untuk menyerahkan makanan yang akan dihidangkan dalam resepsi perkawinan. Si empunya hajat menyerahkan jumlah hidangan, jenis hidangan dan perangkat hidangan kepada dukun kampong. Dukun tidak hanya menerima informasi tetapi mengikat informasi jumlah,jenis, dan perangkat hidangan itu menjadi komitmen yang harus ditaati.<span style=""> </span>Alhasil, jika ada makanan yang dihidangkan tidak sesuai dengan apa yang disajikan di Balai Dukun maka hidangan akan rusak, akan menjadi petaka bagi tuan rumah dan bagi tamu yang menikmatinya. Begitupun tuan rumah tidak bisa menambah jumlah hidangan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV">Peran Budaya Dalam Penyelenggaraan Pemerintah<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV">Bagi masyarakat di luar desa, kepercayaan semacam itu dianggap terlalu kaku ”membahayakan” program pembangunan bahkan hubungan sosial. Dalam suatu kesempatan bermusyawarah, dukun-dukun kampung di Belitung memberikan perhatian khusus agar tidak terlalu kaku menerapkan ilmu perdukunannya. Maklum saja ketika itu pemerintah merencanakan untuk mendatangkan transmigran dari Jawa membuka lahan pertanian (masing-masing dua hektar) di Kecamatan Membalong. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText2" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV">Dalam dunia perdukunan dikenal dua aliran, yakni perdukunan setara guru dan perdukunan malaikat. Masing-masing aliran menjalankan konsep kearifan tradisional (local wisdom) dan pengetahuan lokal (indigeneos knowledge) dengan cara yang berbeda-beda. Aliran Setara Guru menganggap kekuatan roh halus sebagai kekuatan sentral, dimana semua mahkluk hidup ada yang menguasai (Belitong : penunggu)., sebaliknya Aliran Malaikat menganggap kekuatan Allah (Tauhid Islam) menjadi sumber kekuatan dari kekuatan yang ada di bumi dan<span style=""> </span>selalu mengawali langkah dengan menyebut nama Allah SWT ,<i style=""> Bismillahirahmanirrahim</i>.<br /><o:p></o:p><br />Upaya untuk menata dinamika sosial masyarakat oleh dukung kampung dan kekuatan pemaksa melalui mitos-mitos ”Antu” dalam masyarakat Belitong, pada hahekatnya untuk memberikan keseimbangan hubungan manusia, alam dan makhluk halus. <o:p></o:p><br />Penataan dinamika sosial masyarakat itu sering disinonimkan dengan pembangunan. Dalam masyarakat tradisional dinamika sosial ditekankan pada keseimbangan hubungan. Hal yang berbeda, dalam pemahaman pembangunan modern saat ini, pembangunan lebih banyak menekankan subjek penyelenggaranya yakni pemerintah. Padahal hubungan sosial masyarakat itu jauh lebih komplek. Pemanggku kepetingan pembangunan itu meliputi pemerintah, masyarakat dan kalangan swasta dan lembaga lain yang saling tarik menarik. Dalam kondisi tarik-menarik itu muncul anggapan bahwa pembangunan dikuasai oleh sebuah kekuatan, bukan lagi makhluk halus seperti Aliran Perdukunan Setara Guru atau kekuasaan Tuhan dalam Aliran Malaikat, tetapi oleh kekuatan politik massa.<span style=""> </span><o:p></o:p><br />Untuk memperbaiki sistem penyelenggaraan pemerintah, United Nation Development Program ( UNDP), Badan PBB yang mengurusi pembangunan di negara berkembang. UNDP merekomendasikan <span style=""> </span>karakteristik-karakteristik<span style=""> </span><i>good governance</i> sebagai berikut :<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText2" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;" lang="SV"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV">participation</span></i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV"> dimana merujuk pada semua warga untuk mempunyai sesuatu yang sama dalam pengambilan keputusan, yang dilakukan secara langsung atau tidak langsung;<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText2" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;" lang="SV"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV">rule of law </span></i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV">yang m</span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV">erujuk pada kerangka hukum<span style=""> </span>yang harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu; <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText2" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;" lang="SV"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV">transparency </span></i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV">dimana seluruh proses pemerintahan dapat diakses oleh pihak yang berkepentingan dan dibangun atas dasar arus informasi yang bebas sehingga meminimalisasi kesenjangan informasi (<i style="">digital divide</i>) antara penyaji dan pengakses informasi;<i> </i><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText2" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;" lang="SV"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV">responsiveness </span></i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV">dimana lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintah berupaya melayani setiap <i>stakeholder</i> sebagai penentu pertanggungjawaban<i>, </i><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText2" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;" lang="SV"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV">concensus orientation </span></i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV">yang menjembatani kepentingan-kepentingan<span style=""> </span>berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dan terbaik bagi kelompok masyarakat dalam hal kebijakan maupun prosedur<i>, equity, </i><span style="">k</span>esetaraan bagi semua warga untuk menjaga kesejahteraan, rasa keadilan bersama-sama. pola kebijakan sentralistik, searah dan berasal dari atas (<i>top down planning</i>) mempersempit ruang publik <i>(public sphere); </i><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText2" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;" lang="SV"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV">effectiveness and efficiency l</span></i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV">ebih menunjuk pada proses<span style=""> </span>pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil yang sesuai dengan apa yang telah digariskan dengan menggunakan sumberdaya seoptimal mungkin;<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText2" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;" lang="SV"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV"><span style=""> </span>accountability, </span></i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV">ditentukan dari sifat keputusan organisasi, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau eksternal;<span style=""> </span>dan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyText2" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;" lang="SV"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV"><span style=""> </span>strategic vision, </span></i><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV">memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan budaya sosial yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut. Untuk membuat visi strategis sangat diperlukan<span style=""> </span>rencana strategis. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV">Sebetulnya apa yang direkomendasi oleh organisasi besar seperti PBB tidaklah berbeda jauh dengan nilai-nilai yang ingin dikedepankan dalam proses resepsi perkawinan adat di Desa Parang Bulo. Karakterisik itu hanya semacam metamorfosa dalam nilai-nilai tradisional masyarakat. Baik pengetahuan lokal maupun <span style=""> </span>pengetahuan modern yang mengedepankan tiga aspek pendidikan, yakni Kognitif (ilmu pengetahuan), afektif (perubahan sikap) dan psiko motorik (tanggap) yang sudah dikaji mendalam dan diterapkan secara berkelanjutan. Sayangnya kajian terhadap masa lalu (adat tradisional) terputus dengan pemikiran masa depan, yang menganggap adat–budaya sudah kuno, discontinue. Menurut Sam Winerburg (Peraih The Frederic W.Ness Book Award), Anggapan budaya sebagai warisan usang oleh kehidupan modern ini disebabkan putusnya rantai sejarah masa lalu dan masa depan yang disebabkan oleh jangka pendek (periode lima tahunan). Pilih ” George Washington” atau tokoh kartun ”Bart Simpson” . Tidak masuk akal rasanya<span style=""> </span>pendirian bangsa dipertentangkan dengan tokoh hiburan, tapi begitulah perdebatan seputar standar sejarah Amerika.</span><b style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV"><o:p><br /> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal"><b style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV">Sistem Pengendalian Sosial<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV">Sistem pengendalian sosial, merupakan suatu kegiatan direncanakan maupun yang tidak direncanakan, untuk mendidik, mengajak, atau bahkan memaksa warga masyarakat, agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Walaupun <span style=""> </span>tidaklah berarti bahwa pengendalian sosial senantiasa bertujuan untuk memaksa kaidah -kaidah dan nilai-nilai yang berlaku pada pribadi-pribadi yang merupakan dalam masyarakat. (Soekanto, 1993).</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="FI">Keberadaan hukum adat<span style=""> </span>didasarkan pada proses interaksi dalam masyarakat, dan kemudian berfungsi sebagai pola untuk mengorganisasi serta memperlancar proses interaksi tersebut. Sayangnya peran hukum adat dalam pembangunan, seringkali dikalahakan oleh hukum formal. Hal ini sebetulnya disebabkan oleh masyarakat itu sendiri yang tidak mengerti adat, baik pengetahuan lokalnya maupun kearifan tradisionalnya.<o:p></o:p></span></p><b style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="FI">Posisi Pemuda ?<br /></span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="FI">Kelompok pemuda menopang struktur penduduk yang tidak hanya terjadi di Belitung tetapi juga di negara berkembang. Kelompok ini digolongkan kepada kelompok yang paling produktif. Dengan jumlah dan daya produktif yang<span style=""> </span>cukup besar. Pemuda mudah digesekkan dinamika modernisasi. Konsumsi HP, kendaraan, fashion dan komoditas konsumtif lain yang timbul karena sikap pemuda yang selalu meniru (<i style="">demonstrative effect</i>), membuat gaya hidup <span style=""> </span>dan ingin hidup dalam kelompoknya sendiri. Kondisi ini dimanfaatkan oleh kaum-kaum kapitalise mempromosikan produk dengan mempropagandakan <b style="">budaya konsumtif global</b> . Generasi MTV begitu kelompok itu biasa disebut. Cara pemuda berperilaku (usage) ini diteruskan menjadi perilaku umum yang diberikan toleransi yang cukup besar oleh masyarakat sehingga membudaya<span style=""> </span>yang tidak lagi melewati proses penataan kelakukan, adat istiadat dan lembaga sosial.<o:p></o:p></span> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="FI"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="FI">Nilai positif yang selalu dimiliki pemuda adalah optimis. <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="" lang="FI"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><b style=""><span style="font-family: "Courier New";" lang="FI">Percayakah kamu bisa memahami substansinya<br />dengan menanyakan tujuannya ?<br />Bisakah kamu menentukan citra rasa anggur<br />dengan melihat pada gentongnya<o:p></o:p><br />(Kahlil GibraN)<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="" lang="FI"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal"><b style=""><span style="" lang="FI"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal"><b style=""><span style="" lang="FI"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal"><b style=""><span style="" lang="FI"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal"><b style=""><span style="" lang="FI"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal"><b style=""><span style="" lang="FI"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal"><b style=""><span style="" lang="FI"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal"><b style=""><span style="" lang="FI"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal"><b style=""><span style="" lang="FI"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal"><b style=""><span style="" lang="FI"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br /><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana;" lang="SV"><o:p></o:p></span></p>Fithrorozihttp://www.blogger.com/profile/14119326097914455912noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1681302575658797704.post-20638215846035509242007-11-07T00:43:00.000-08:002008-04-21T22:20:21.598-07:00Perlawanan Dari Ruang Dapur<span style=";font-family:Verdana;font-size:10;color:black;" ></span> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;color:black;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="color:black;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span lang="FI" style="color:black;">Pandangan tradisional telah menempatkan kekuasaan laki-laki terhadap perempuan. </span></i><i style=""><span lang="SV" style="color:black;">Setidaknya laki-laki berperan dalam menggerakan ekonomi keluarga. Pandangan ini menempatkan perempuan dalam posisi yang tidak menguntungkan. Meskipun kemudian semakin bergeser seiring semakin banyak perempuan yang mengenyam pendidikan yang setara bahkan lebih tinggi dari laki-laki.<span style=""> </span><span style=""> </span>Menurut Trinh T. Minh-ha (1989)<span style=""> </span>seperti yang dikutip Gadis Arivia. mengemukan bahwa dalam kasus representasi budaya perempuan selalu digambarkan dalam situasi tidak berdaya, bisu namun ”elok” untuk dipandang. Representasi perempuan dan tradisi bak “kebun binatang“ yang dilihat banyak orang. Dan seringkali pembahasan perempuan merupakan pembahasan imagined, apa yang difantasikan. Kita mungkin sering mendengar tokoh imajiner<span style=""> </span>Ibu Pertiwi, Ratu Adil dan sebagainya. Penantian figur tersebut sangat tergantung fantasi kita. Biasanya perempuan dipersepsikan sebagai manusia tulus, cinta damai, dan menjadi tumpuan di kala duka.<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span lang="SV" style="color:black;"><o:p> </o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color:black;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;"><b style=""><span style=";font-family:Verdana;color:black;" >Pengarusutamaan Jender <o:p></o:p></span></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" >Dalam konferensi Dunia tentang Wanita IV di Beijing tahun 1995, telah menyepakati langkah-langkah bersama untuk mengatasi masalah kesenjangan antara wanita dan pria. Sikap diskriminatif yang didasari cara pandang terhadap perbedaan biologis ini sering disebut dengan istilah “jender”.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" >Keseriusan pemerintah memandang kedudukan perempuan diwujudkan dengan disahkannya UU Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskrimasi Terhadap Wanita (<i style="">Convention On The Elimination of All Forms of Discrimination Against Women</i>). Hak-hak perempuan pun merupakan hak asasi yang perlu dilindungi sebagaimana tercantum dalam<span style=""> </span>UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Namun karena kurangnya sosialisasi, perempuan masih saja berkutat pada wilayah domestik (rumah tangga) sehingga belum banyak berkiprah kedalam wilayah publik (forum atau lembaga).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" >Di Indonesia (1991) pekerja wanita menerima upah<span style=""> </span>40% lebih rendah dari laki-laki atau <span style=""> </span>lebih buruk dibandingkan dengan pekerja wanita yang ada di Filipina dan <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Thailand</st1:country-region></st1:place>. <span style=""> </span>Padahal pengharusutamaan<span style=""> </span>jender yang terjadi di Amerika Latin mampu<span style=""> </span>meningkatkan upah pekerja wanita hingga 50%. <span style="">Pandangan tradisional dan latar belakang pendidikan (<i style="">human capital</i>) terutama di perdesaan telah menghambat partisipasi perempuan dalam pembangunan Menurut Ginanjar Kartasasmita rendahnya produktivitas perempuan disebabkan oleh r</span>endahnya penghargaaan terhadap kaum wanita sehingga alokasi sumberdaya<span style=""> </span>lebih sedikit diberikan kepada kaum wanita. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" >Sayangnya dalam dunia modern sosok perempuan membuat gemas. Ketika perempuan menuntut keadilan, perempuan lain justru memikirkan hal-hal yang ‘sepele’ seperti berlomba mencari kosmetik impor, bergunjing soal perawatan kuku dan sebagainya. Kedudukan perempuan seperti dilemahkan oleh kaumnya sendiri. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" >Rendahnya pendidikan membuat perempuan mengekploitasi seksualitas meski tidak dipungkiri kehadiran mereka dijalanan ada yang bermotif menopang ekonomi keluarga. Ini diindikasikan dari adanya perubahan label masyarakat dari Wanita Tuna Susila (WTS) <span style="">menjadi </span>Pekerja Seks Komersial (PSK). Sejarah kekerasan yang dimulai<span style=""> </span>oleh Habil dan<span style=""> </span>Kabil, menempatkan perempuan sebagai objek yang menggairahkan. Kalaupun wanita berkuasa itupun tidak pernah lepas dari simbol seks seperti Cleopatra yang menundukkan Julius Caesar. Disisi lain penjaja seks juga dianggap pelaku kriminal sehingga pemerintah menggunakan pendekatan keamaan dan ketertiban untuk memberantas penyakit masyarakat. Dalam penangananya seringkali tidak manusiawi. <span style=""> </span></span><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="SV" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="SV" ><span style=""> </span><b style=""><o:p></o:p></b></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="font-size:85%;"><b style=""><span style=";font-family:Verdana;color:black;" lang="SV">Kekerasan Dalam Rumah Tangga <o:p></o:p></span></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="SV" >Berdasarkan data LSM Perlindungan dan Pemberdayan Hak-Hak Perempuan (P2H2P) Bangka Belitung, pada tahun 2007 selama Januari-Juni saja korban KDRT yang ditangani LSM tersebut sudah mencapai 38 kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KRDT) sebagaimana yang dikutip dari Harian Belitung Pos (30/6/2007).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="SV" >Fenomena KDRT yang dilantunkan Betharia Sonata pernah dicap sebagai lagu cengeng oleh Menteri Penerangan Orde Baru kala itu yang </span><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="SV" >menganggap ketidakberdayaan perempuan merupakan wujud masyarakat cengeng. </span><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" >Padahal kasus KDRT berdampak pada perkembangan generasi berikutnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" >Kenyataannya fenomena justru telah mendorong perhatian pemerintah terhadap kasus<span style=""> </span>KDRT yang meningkat dari tahun ke tahun<span style=""> </span>baik jumlah maupun tingkat kekerasannya. Kasus KDRT menjadi salah satu penyebab terjadinya <span style=""> </span>perceraian. </span><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Di Kabupaten Belitung angka perceraian pada tahun 2002 terjadi<span style=""> </span>211 kasus perceraian, 213 kasus<span style=""> </span>pada tahun 2003 dan meningkat cukup tinggi pada tahun 2004, yakni sebanyak 225 kasus. Perceraian dapat mempengaruhi perkembangan psikologis anak apalagi dengan dilatarbelakangi dengan tindak kekerasan. </span><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="FI" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="FI" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size:85%;"><b style=""><span style=";font-family:Verdana;color:black;" lang="PT-BR">Lembaga Perempuan<o:p></o:p></span></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="PT-BR" >Dalam UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang<span style=""> </span>Pemilu mempersyaratkan kuota 30 persen bagi perempuan sebagai kandidat anggota parlemen pada Pemilu 2004. Kenyataannya sejak tahun 1955 hingga 2004 keberadaan perempuan di parlemen tidak<span style=""> </span>pernah lebih dari 13 persen. Lembaga yang diharapkan mampu mengakomodir masalah perempuan, mengingat hak-hak perempuan seringkali diabaikan. Prof Dr.Saparainah Sadli dari Komisi Nasional Anti-Kekerasan Terhadap Perempuan mengkrititasi adanya perspektif demografi yang menempatkan perempuan pada<span style=""> </span>angka-angka statistik sehingga mereduksi hak-hak mendasar perempuan yakni <span style=""> </span>hak reproduksi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="PT-BR" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="PT-BR" >Keberadaan perempuan di lembaga legislatif tidak berbeda jauh dengan lembaga eksekutif. Padahal gerakan perempuan tidak bisa dipandang sebelah mata. Ir. Titik Yoestiati Darmansyah bahkan melihat forum penggajian bisa dioptimalkan sebagai bagian dari strategi penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Belitung. Prestasi ibu-ibu PKK dalam membina keluarga patut diacungkan jempol, puncaknya Ketua PKK Kabupaten Belitung mendapatkan penghargaan Manggala Karya Kencana pada Hari Keluarga Nasional (Harganas). Sebuah penghargaan yang menunjukkan peran strategis perempuan dalam membina rumah tangga. Partisipasi dan prestasi ibu-ibu PKK Kabupaten Belitung dalam pembangunan selama tahun 2005-2006 dapat diilihat seperti pada tabel dibawah ini.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size:85%;"><b style=""><span style=";font-family:Verdana;color:black;" lang="PT-BR"><o:p> </o:p></span></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size:85%;"><b style=""><span style=";font-family:Verdana;color:black;" lang="PT-BR"><o:p> </o:p></span></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size:85%;"><b style=""><span style=";font-family:Verdana;color:black;" lang="PT-BR"><o:p> </o:p></span></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size:85%;"><b style=""><span style=";font-family:Verdana;color:black;" lang="PT-BR"><o:p> </o:p></span></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size:85%;"><b style=""><span style=";font-family:Verdana;color:black;" lang="PT-BR"><o:p> </o:p></span></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size:85%;"><b style=""><span style=";font-family:Verdana;color:black;" lang="PT-BR"><o:p> </o:p></span></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size:85%;"><b style=""><span style=";font-family:Verdana;color:black;" lang="PT-BR"><o:p> </o:p></span></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size:85%;"><b style=""><span style=";font-family:Verdana;color:black;" lang="SV">Tabel Prestasi PKK Kabupaten Belitung 2005-2006<o:p></o:p></span></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size:85%;"><b style=""><span style=";font-family:Verdana;color:black;" lang="SV"><o:p> </o:p></span></b></span></p> <table class="MsoTableGrid" style="border: medium none ; width: 539px; border-collapse: collapse; height: 251px;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr style=""> <td style="border: 1pt solid windowtext; padding: 0in 5.4pt; width: 25.5pt;font-family:arial;" valign="top" width="34"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size:85%;"><b style=""><span style=";color:black;" lang="SV">No<o:p></o:p></span></b></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 204.9pt;font-family:arial;color:windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="273"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size:85%;"><b style=""><span style=";color:black;" lang="SV">Lomba<o:p></o:p></span></b></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 88.55pt;font-family:arial;color:windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="118"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size:85%;"><b style=""><span style=";color:black;" lang="SV">Tingkat<o:p></o:p></span></b></span></p> </td> <td style="border-style: solid solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 109.45pt;font-family:arial;color:windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="146"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size:85%;"><b style=""><span style=";color:black;" lang="SV">Wilayah<o:p></o:p></span></b></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; padding: 0in 5.4pt; width: 25.5pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext;" valign="top" width="34"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="SV" >1<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 204.9pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="273"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="SV" >Lomba Kelurahan<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 88.55pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="118"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="SV" >Juara III Provinsi<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 109.45pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="146"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="SV" >Kelurahan Kota<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; padding: 0in 5.4pt; width: 25.5pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext;" valign="top" width="34"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="SV" >2<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 204.9pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="273"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Lomba Kesatuan PKK-KB-Kesehatan<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 88.55pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="118"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Juara I Provinsi<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 109.45pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="146"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Desa Pangkal Lalang<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; padding: 0in 5.4pt; width: 25.5pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext;" valign="top" width="34"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >3<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 204.9pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="273"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Lomba P2W-KSS<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 88.55pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="118"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Juara II Provinsi<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 109.45pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="146"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Desa Gunung Riting<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; padding: 0in 5.4pt; width: 25.5pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext;" valign="top" width="34"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >4<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 204.9pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="273"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Lomba Pengelola Bina Keluarga Balita<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 88.55pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="118"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Juari I Provinsi<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 109.45pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="146"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Desa Lesong Batang<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; padding: 0in 5.4pt; width: 25.5pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext;" valign="top" width="34"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >5<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 204.9pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="273"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Lomba Balita Kelompok Umur 6-24 bulan<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 88.55pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="118"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Juara II Provinsi<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 109.45pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="146"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" ><o:p> </o:p></span></p> <span style="font-size:85%;"><br /></span></td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; padding: 0in 5.4pt; width: 25.5pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext;" valign="top" width="34"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >6<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 204.9pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="273"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Lomba Balita Kelompok Umur 2-5 tahun<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 88.55pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="118"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Juara I Provinsi<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 109.45pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="146"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" ><o:p> </o:p></span></p> <span style="font-size:85%;"><br /></span></td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; padding: 0in 5.4pt; width: 25.5pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext;" valign="top" width="34"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >7<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 204.9pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="273"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Lomba UP2-PKK<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 88.55pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="118"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Juara I Provinsi<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 109.45pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="146"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Desa Seliu<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; padding: 0in 5.4pt; width: 25.5pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext;" valign="top" width="34"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >8<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 204.9pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="273"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Lomba Hatinya PKK<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 88.55pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="118"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Juara II Provinsi<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 109.45pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="146"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Desa Gunung Riting<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; padding: 0in 5.4pt; width: 25.5pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext;" valign="top" width="34"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >9*<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 204.9pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="273"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Lomba Desa <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 88.55pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="118"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Juara I Provinsi<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 109.45pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="146"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Desa Seliu<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; padding: 0in 5.4pt; width: 25.5pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext;" valign="top" width="34"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >10*<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 204.9pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="273"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Lomba Kesatuan PKK-KB-Kesehatan <o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 88.55pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="118"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Juara I Provinsi<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 109.45pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="146"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Desa Buluh Tumbang<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; padding: 0in 5.4pt; width: 25.5pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext;" valign="top" width="34"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >11*<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 204.9pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="273"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Lomba Pengelola Bina Keluarga Balita<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 88.55pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="118"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Juara I Provinsi<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 109.45pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="146"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Desa Perawas<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; padding: 0in 5.4pt; width: 25.5pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext;" valign="top" width="34"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >12*<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 204.9pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="273"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Lomba APE Alternatif<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 88.55pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="118"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Juara I Provinsi<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 109.45pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="146"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Desa Lesung Batang<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; padding: 0in 5.4pt; width: 25.5pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext;" valign="top" width="34"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >13*<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 204.9pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="273"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Lomba UP2K-PKK<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 88.55pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="118"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Juara I Provinsi<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 109.45pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="146"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Desa Buluh Tumbang <o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; padding: 0in 5.4pt; width: 25.5pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext;" valign="top" width="34"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >14*<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 204.9pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="273"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Lomba Masak 3B (Beragam,Bergizi,Berimbang)<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 88.55pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="118"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Juara II Provinsi<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 109.45pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="146"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" ><o:p> </o:p></span></p> <span style="font-size:85%;"><br /></span></td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; padding: 0in 5.4pt; width: 25.5pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext;" valign="top" width="34"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >15*<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 204.9pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="273"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Lomba Desa<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 88.55pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="118"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Juara I Provinsi<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none solid solid none; padding: 0in 5.4pt; width: 109.45pt;font-family:arial;color:-moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color;" valign="top" width="146"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Desa Tanjungpendam<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Sumber : Kantor PKK Kabupaten Belitung, * = tahun 2006<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="FI" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="FI" >.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Meski demikian PKK masih sungkan untuk melibatkan diri pada kasus-kasus kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga. Lebih banyak penyelesaian kasus dilakukan dengan pendekatan persuasif. Kepada para korban diberi nasehat atau himbauan, karena kasus yang terjadi dalam rumah tangga dianggap kasus internal yang tidak mungkin melibatkan orang luar dalam menyelesaikannya. Sebaliknya perempuan masih mengganggap ketergantungan (ekonomi) terhadap suami sangat tinggi karenanya lebih memilih pasrah menerima keadaan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="FI" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Selaian masalah sosial ekonomi perkotaan seperti diungkapkan diatas, PSK pun <span style=""> </span>masih harus menghadapi bentuk-bentuk kekerasan yang menjadi simbol dinamika perkotaan. Menyadari dampak citra kota yang keras dan kejam-lebih kejam dari ibu tiri, perempuan kota seperti<span style=""> </span>Yeni Rosa Damayanti, Gadis Arivia, Nurul Arifin, Diah Pita Loka, Wardah Hafid<span style=""> </span>dan sebagainya membangun kekuatan sosial baru yang dilembagakan <span style=""> </span>untuk melindungi hak<span style=""> </span>perempuan mulai dari kesehatan reproduksi hingga marginalisasi akibat kemiskinan kota. Bahkan gerakan perempuan kota mampu membangun jaringan advokasi global.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="FI" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Setidaknya gerakan perempuan perkotaan ini menjadi inspirasi tumbuhnya gerakan serupa di daerah khususnya menyangkut kekerasan dalam rumah tangga. Tentunya keberdayaan perempuan tidak bisa menunggu kemandirian <span style=""> </span>ekonomi dan pendidikan mereka. Komnas Perempuan Indonesia Bagian Timur misalnya<span style=""> </span>mendirikan Forum Perempuan Kepala Keluarga (PEKA) untuk memotivasi kemandirian perempuan yang ditinggal suami ke Malaysia ataupun yang suaminya meninggal. Menariknya hampir semua anggota PEKA tidak bisa membaca dan menulis. Intinya kemandirian sosial perempuan berpulang kepada perempuan itu sendiri mendobrak sikap individualis yang turun temurun dibatasi oleh struktur, sistem sosial maupun kaidah ekonomi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="FI" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="FI" >UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga menekankan keberanian perempuan sebagai korban KDRT untuk melaporkan ke pihak berwenang hendaknya tidak berhenti pada tahap sosialisasi yang telah dilakukan oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan yang bekerjasama dengan Dinas Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Belitung baru-baru ini. KDRT memang sudah menjadi persoalan bangsa yang terkait dengan perlindungan dan pemberdayaan. Apalagi tak jarang berawal dan berujung pada kemiskinan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="FI" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Desakan adanya forum yang mampu menghapuskan KDRT didasarkan pada beberapa alasan. <i style="">Pertama</i>, korban tindak kekerasan berharap ada orang lain yang bisa mendengar keluhannya (pihak luar lebih proaktif). <i style="">Kedua, </i>korban merasa berada dalam tekanan-ketidakberdayaan yang masih menggantungkan diri terhadap pasangannya. Jangan-jangan keterbukaan justru menambah<span style=""> </span>persoalan dan dampaknya harus mereka tanggung. <i style="">Ketiga, </i>pihak ketiga menganggap kasus KDRT berada diwilayah domestik bukan wilayah publik. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="FI" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="FI" >Suatu ketika di bulan Januari 1900 R.A Kartini mengirim surat kepada Estelle Zeehandelaar, seorang perempuan yang banyak mempengaruhi pemikiran Kartini.<span style=""> </span><span style=""> </span></span><span style=";font-family:";font-size:85%;color:black;" lang="FI" >”Kau tahu motto hidupku? ’Aku mau’. Dua kata sederhana ini telah membawaku melewati gemunung kesulitan.” Aku tidak mampu menyerah ’Aku mau’ mendaki gunung itu....” </span><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;color:black;" lang="FI" ><span style=""> </span><span style=""> </span>(*) <o:p></o:p></span></p>Fithrorozihttp://www.blogger.com/profile/14119326097914455912noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1681302575658797704.post-11985598184555777122007-10-29T22:04:00.000-07:002007-10-29T22:06:37.543-07:00KRISIS BANGSA ,TANGGUNGJAWAB SIAPA ?<b style=""><o:p></o:p></b><i style="">Cintailah tanah air kita, bangsa dan bahasa kita<o:p></o:p></i> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style="">Apa yang patut kita bangggakan ……..Buatan <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place><o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Setidaknya ada dua moment penting di bulan Oktober yang patut kita peringati. Pertama tanggal 17 Oktober<span style=""> </span>sebagai Hari Penanggulangan Kemiskinan Sedunia dan kedua 28 Oktober sebagai Hari Sumpah Pemuda. </span>Ditengah tuntutan strategi global dan persaingan global. Pemuda adalah tumpuan merubah kemiskinan di <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>. Bahkan bisa lebih,,,,” <i style="">Berikan aku 10 orang anak muda akann kuguncang dunia”</i> Ir.Soekarno</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Jutaan penonton TVRI pasti ingat suara Bimbo menghasut agar kita menghargai perfilman buatan negeri sendiri. Jauh sebelum krisis multidimensi menerpa. Pemerintah pun mensosialisasikan kebijakan Cinta Produksi Dalam Negeri untuk mengurangi beban hutang luar negeri dan mengurangi ketergantungan impor yang yang semakin menjebak. <span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Membangun citra lewat istana pasir, bisa jadi hanya sekedar menipu mata, bisa jadi pula mengusik kalbu lantas mendorong kita untuk bertindak. Bukankah pecandu narkoba bisa menangis membaca kisah anak-anak Belitong pinggiran<span style=""> </span>(Laskar Pelangi) dan akhirnya berhenti madat. Berangkat dari keprihatian dan kebanggaan terhadap Ibu Guru, Andrea Herata<span style=""> </span>tak dinyana mengangkat keterpurukan seorang pemuda sekaligus menorehkan tinta emas di dunia sastra <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>.<span style=""> </span><span style=""> </span>Seperti Garin Nugroho, sineas muda Riri Reza pun bersemangat mengangkat kisah-kisah anak pulau ini agar mengilhami lebih banyak orang tentang perjuangan, tentang etos, tentang segala hal yang ingin dirubah.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Bangsa ini sudah terlanjur dicitrakan sebagai bangsa teroris, brutal, jorok bahkan oleh bangsa serumpun yang mereka sebut “b<i style="">angsa indon”.</i> Seperti suku sawang yang gerah dipanggil suku sekak, rasanya tak sudi kekaguman kita terhadap negeri Menara Kembar ini dibalas dengan citra negatif. <span style=""> </span>Tak berbeda dengan <st1:country-region st="on">Malaysia</st1:country-region>, Pejabat Singapura sempat mencemoh minimnya pelajar <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> yang menghadiri pengukuhan juara Olimpiade Sains Internasional. Baru ketika satu-per satu anak asuhan Johannes Surya menerima tropi internasional bergengsi. Jabatan tangan mereka pun<span style=""> </span>menjadi erat.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Citra negatif ini tak pelak meniup angin diantara dinding-dinding Istana<span style=""> </span>Pasir yang kita bangun. Seringkali kita lengah membiarkan katak-katak melompot menyusup diantara dinding-dinding rapuh. Jangan salahkah “angin asing” bertiup, salahkan <b style=""><i style="">dong</i></b> bangsa sendiri membiarkan katak-katak dalam negeri pencari kesempatan yang semakin riang melompat. Malu rasanya menerima titipan pesan yang bule-bule berlabuh agar pantai Tanjung Kelayang yang tak lain juga titipan (Tuhan) dijaga kebersihannya.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><o:p> </o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><o:p> </o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="" lang="FI"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="" lang="FI"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="" lang="FI">Mencari Makna Sumpah Pemuda<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><span style="" lang="FI">Dari sekian banyak pemuda yang sering dilirik politkus sebagai kantong suara potensial, hanya sedikit yang merasa punya relevansi (jiwa) Sumpah Pemuda. </span></span><span class="fullpost"><span style="" lang="SV">Sehari sebelumnya, Muhammad Yamin mengemukakan gagasan tentang makna persatuan dan pemuda. Menurut Yamin, ada lima hal penting untuk memperkokoh persatuan, yakni sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan. Setelah itu Muhammad Yamin pun membuat lompatan katak menjadi politikus Volksraad (DPR), lalu menjabat menteri kebudayaan. <o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Tujuh Puluh Sembilan tahun silam, <span class="fullpost">Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia atau disebut juga Kongres Pemuda II yang digagas oleh Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia konon merumuskan apa yang disebut Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. <o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><i>PERTAMA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia,<br />Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>.</i><br /><br /><i>KEDOEA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia,<br />Mengakoe Berbangsa Jang Satoe,<br />Bangsa <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>.</i><br /><br /><i>KETIGA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia,<br />Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean,<br />Bahasa Indonesia.</i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Intervensi politik dalam dunia kepemudaan menjelma menjadi Partai Politik atau simpatisan Partai Politik tertentu. Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Gerakan Pemuda Ansor, Pemuda Pancasila dan sebagainya. Lepas dari pengaruh partai politik, generasi muda membangun kelompok-kelompok yang mengatasnamakan <span style=""> </span>demokrasi. Kelompok ini digerakan oleh aktivitis mahasiswa seperti Forum Kota ataupun mahasiswa yang berafiliasi dengan Partai Rakyat Demokratik (PRD) </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Seperti Lalu Indonesia Raya, Sumpah Pemuda pun mengalami perubahan dalam teks nya (bandingkan dengan Teks Sumpah Pemuda sekarang). Disebut bahasa persatuan (<i style="">lingua franca</i>) karena bahasa Indonesia yang meruapakan bagian bahasa melalu digunakan oleh bangsa-bangsa yang datang ke Indonesia seperti Cina, Arab dan sebagainya yang tidak terbatas pada daratan Sumatera, bahasa inipun digunakan di daratan Pulau Jawa. Bak pepatah Bahasa menunjukkan bangsa, rusaknya bahasa mengindikasi adanya kerusakan sebuah bangsa. <span style=""> </span>Mencermati Bahasa Melayu sebagai bahasa pemersatu sudah tersegmentasi kedalam bahasa gaul justru ketika teknologi komunikasi berkembang pesat. Bukan soal SMS yang mempersingkat bahasa, tapi indah pantun yang menjadi ciri masyarakat Melayu pun dirusak dengan ke-gaulan-an remaja. <i style="">….capex dech. <o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><b style="">Produktivitas Kaum Muda<o:p></o:p></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><st1:place st="on"><st1:city st="on"><span class="fullpost">Ada</span></st1:city></st1:place><span class="fullpost"> dejak kagum melirik penghasilan orang-orang muda berpenghasilan tinggi. Sebut saja Chris Jhon yang mulai bertanding tahun1995, 2007 bayarannya mampu menembus US$ 100 ribu per tampil.<span style=""> </span>Perjuangan Chris Jhon tak berbeda jauh dengan Suwito, Buruh jok mobil asal Ngawi hanya mendapat upah Rp. 6 ribu per hari (plus makan siang) ketika Suwito mulai merantau ke <st1:place st="on"><st1:city st="on">Jakarta</st1:city></st1:place> tahun 1996, tapi kini dia bisa mempekerjakan 15 pemuda daerah asalnya. Pemilik gerai jok mobil Monza Wito<span style=""> </span>dengan <span style=""> </span>omset per bulan Rp.250 juta.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="fullpost">Di bidang fashion, Edward Forerer pemilik merk sepatu yang sama bahkan sukses hingga mendirikan Kantornya di Australia. Mereka-mereka ini tidak memiliki ikatan bathin dengan Sumpah Pemuda namun mampu menjadi kebanggaan bangsa berkrisis multidimensi ini.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="fullpost">Sebutan professional muda memang baru disandang setelah mereka berhasil, sementara krisis adalah pil pahit yang lebih dahulu ditelan. Bagi mereka kesulitan berusaha justru cambuk yang tidak perlu dikomentari. Edward membangun usaha di <st1:place st="on"><st1:city st="on">Bandung</st1:city></st1:place> mulai dari nol, bersepeda, kehujanan dan mengetuk-ngetuk pintu menjual sepatunya. Baginya “<i style="">if you wait for perfect condition you will never get anything done”. </i>Tak perlu menunggu disumpah seperti Pegawai Negeri dan menunggu Sumpah Pemuda merasuk jiwa ” <i style="">Kalau saya sudah yakin , saya akan jalan terus</i>”, demikian prinsip Edward yang lebih memilih <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Australia</st1:country-region></st1:place> sebagai basis usahanya kini. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="fullpost">Jika dibandingkan pendapatan per kepala penduduk <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>,<span style=""> </span>penghasilan ketiga pemuda diatas memiliki rasio yang luar biasa senjang. Hal ini menggambarkan kesenjangan potensi kepemudaan di <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>. Keberhasilan pemuda di bidang olah raga dan bisnis diatas dilengkapi dengan kemampuan<span style=""> </span>perempuan, meskipun pembangunan gender masih harus ditingkatkan, kalangan pemudinya tak kalah kompetif. Berbeda dengan Edward,<span style=""> </span>Angelina Sondakh <span style=""> </span>yang mengandalkan tiga kepribadian, cantik (<i style="">beauty</i>), perilaku (<i style="">behaviour</i>) dan kecerdasan (<i style="">brain</i>) ternyata meninggalkan Australia tempat masa remajanya dihabiskan dan pulang ke Indonesia untuk bersaing di arena politik. Ketika batas negara tidak lagi menjadi penguat nasionalisme, bisa jadi kita tidak ingat Sumpah Pemuda atau melupakan Muhammad Yamin, Bung Karno dan pendiri negara ini.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="fullpost">Kegagalan pasar yang tidak mampu memberikan keseimbangan antara penawaran dan permintaan sumberdaya mendorong krisis identitas bangsa, tenaga kerja rindu berjuang di negeri orang lain mengharap nilai lebih. Dalam kondisi abnormal perekat berbangsa luntur dimana<span style=""> </span>negara berpisah<span style=""> </span>dengan rakyat, hubungan pemerintah-masyarakat-kelompok usaha renggang masing-masing curiga dihambat kepentigannya. <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="" lang="FI">Tak dipungkiri pemuda dan diidentikkan sebagai tenaga kerja. Krisis tenaga kerja berdasarkan data BPS, menunjukkan bahwa pada tahun 2001 Indonesia memiliki sekitar 98,8 juta angkatan kerja, dimana sekitar 90,8 juta orang bekerja dan 8 juta orang atau sekitar 8 persen lainnya adalah penganggur terbuka (tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan). Dari mereka yang bekerja, hanya sekitar 29,4 juta orang atau 32 persen saja yang bekerja di sektor formal (misalnya di pabrik), sementara 61,4 juta orang atau 68 persen lainnya bekerja di sektor informal (misalnya di industri rumah tangga). Ketika SBY-JK terpilih, terdapat 38,2 juta pengangguran yang terdiri atas delapan juta penangguran terbuka dan 30,2 juta setengah penangguran. Sedangkan angkatan kerja baru yang masuk pasar tenaga yang tak lain adalah pemuda tiap tahunnya sekitar 2,3 juta. Rasanya sulit bagi pemerintah menciptakan 1,8 juta lapangan kerja baru<span style=""> </span>untuk mengejar target penciptaan tiga juta lapangan kerja baru per tahun.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><b style=""><span style="" lang="FI"><o:p> </o:p></span></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><span style="" lang="FI">Peta tenaga kerja Indonesia tersebut, membuat kita melirik negeri sendiri, Negeri Serumpun Sebalai dimana lebih dari 50% penduduknya bekerja di sektor informal. </span>Penyerapan lapangan kerja di sektor informal itu pun masih<span style=""> </span>berpotensi terjadinya pengangguran. Berdasarkan pemetaan statis perekonomian Kepulauan Bangka Belitung tahun 2006, perekonomian lebih <span style=""> </span>didorong oleh konsumsi masyarakat yang tinggi (30,85%) dan menguatnya permintaan terhadap komoditas impor (34,15%). Sementara kebijakan substitusi impor lebih kecil dengungnya dibandingkan dengan kebijakan pelayanan dasar sektor pendidikan dan kesehatan. </span><span class="fullpost"><span style="" lang="SV">Dua sektor “unggulan politik” sering diindikasikan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) masih harus diuji di pasar tenaga kerja<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><span style="" lang="SV">Dengan menggunakan dua fenomena saja yakni asumsi 500-an pelajar yang mudik gratis baru-baru ini dan tingginya minat usia kerja melamar sebagai Pegawai Negeri menggambarkan dua hal. </span>Pertama, IPM yang menunjukkan kemampuan penduduk berproduksi akan bias karena terjadi pelarian intelektual ke luar wilayah Kepulauan Bangka Belitung, dalam konteks global sering disebut dengan istilah Brain Drain. Begitu banyak sumberdaya negeri Serumpun Sebalai yang tidak kembali dan menjadi penghasil pajak bagi daerah lain. Kedua, dayar tarik pemuda terhadap sektor pemerintah menunjukkan sektor swasta formal belum berperan signifikan dalam penciptaan lapangan kerja. </span><span class="fullpost"><span style="" lang="SV">Dengan demikian kualitas pendidikan dasar dan menengah hanya mampu terserap pada sektor informal. Padahal transformasi ekonomi pasca tambang membutuhkan <span style=""> </span>kualitas sumberdaya manusia yang lebih baik lagi. Sektor usaha dimana lulusan menengah atas akan bersaing dengan lulusan menengah pertama, dasar bahwa yang tidak mengenyam pendidikan formal sekalipun. </span>Kemampuan yang sama dengan latar jenjang pendidikan yang berbeda selanjutnya menjadi semacam <i style="">black campaign</i> Gerakan Wajib Belajar 9 tahun.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><span style="" lang="SV">Pada tahun 2001 sektor primer memberikan kontribusi<span style=""> </span>penyerapan tenaga kerja sebesar 65,52 persen diikuti sektor tersier sebesar 29,42 persen dan sektor sekunder<span style=""> </span>sebesar 8,06 persen. </span>Pada semester I tahun 2006 persentase penduduk yang bekerja di sektor primer sebesar 57,88 persen. </span><span class="fullpost"><span style="" lang="SV">Sektor tersier, yakni sektor perdagangan dan jasa masing-masing sebesar<span style=""> </span>18,43 persen dan 9,42 persen. Adapun sektor sekunder didominasi oleh sektor bangunan sebesar 5,19 persen diikuti sektor industri pengolahan yang hanya sebesar 4,47 persen.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><span style="" lang="SV">Masih kuatnya peran sektor pertambangan seolah belum mampu me-retrospeksi sejarah tambang yang sudah dimulai ratusan tahun lampau. Sengketa<span style=""> </span>mengolah sumberdaya alam dan kebijakan teritorial yang lagi-lagi dirundung perpecahan seolah melupakan kita sebagai sebuah bangsa yang besar dengan ribuan pulau.</span></span><span style="" lang="SV"> Sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan,<span style=""> </span>telah menunjukan kita tidak saja diuji dalam negeri tidak diuji berdiplomasi dengan tetangga dalam padang politik dunia. “Kemampuan Mengurus” adalah kata kunci kemenangan diplomasi Malaysia dalam pengadilan internasional. Daerah mengangkat angka penduduk miskin untuk menambah anggaran (Dana Alokasi Umum), lagi-lagi<span style=""> </span>kemampuan kita mengurus bangsa diuji. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="SV">Memaknai Sumpah Pemuda dan perannya dalam pembangunan bangsa tanpa disadari telah melewati setengah abad perjalanan bangsa ini. </span>Bagi Woodrow Wilson, sejarah membekali kita dengan kemampuan mental yang sangat berharga yaitu kemampuan menilai. Bagaimana generasi muda Amerika menilai dan menyukai Bart Simpson yang tokoh kartun populer<span style=""> </span>atau negawaran George Washington sebagai bapak bangsa atau merevitalisasi suku Indian sebagai pertaubatan saat pasukan Puritan mengepung<span style=""> </span>desa Indian di Sungai Mystic tahun tahun 1637. Masa lalu hanyalah debu dan masa depan adalah fatamorgana. jika pemuda tidak bisa mampu menjembati hubungan sejarah (Sumpah Pemuda) dan mengambil peran sebagai agen perubahan. Tantangan yang begitu besar kedepan bagaimana pemuda memaknai kebersamaan <span style=""> </span><span class="fullpost">sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan .</span></p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.5in; text-align: center; text-indent: 0.5in;" align="center"><i style=""><span style="" lang="SV"> .........Masa yang akan datang <o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><i style=""><span style="" lang="SV">Menjadi Tanggungan mu <o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><i style=""><span style="" lang="SV">Hai Putra Putri<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p>Fithrorozihttp://www.blogger.com/profile/14119326097914455912noreply@blogger.com0