Monday, October 29, 2007

KRISIS BANGSA ,TANGGUNGJAWAB SIAPA ?

Cintailah tanah air kita, bangsa dan bahasa kita

Apa yang patut kita bangggakan ……..Buatan Indonesia

Setidaknya ada dua moment penting di bulan Oktober yang patut kita peringati. Pertama tanggal 17 Oktober sebagai Hari Penanggulangan Kemiskinan Sedunia dan kedua 28 Oktober sebagai Hari Sumpah Pemuda. Ditengah tuntutan strategi global dan persaingan global. Pemuda adalah tumpuan merubah kemiskinan di Indonesia. Bahkan bisa lebih,,,,” Berikan aku 10 orang anak muda akann kuguncang dunia” Ir.Soekarno

Jutaan penonton TVRI pasti ingat suara Bimbo menghasut agar kita menghargai perfilman buatan negeri sendiri. Jauh sebelum krisis multidimensi menerpa. Pemerintah pun mensosialisasikan kebijakan Cinta Produksi Dalam Negeri untuk mengurangi beban hutang luar negeri dan mengurangi ketergantungan impor yang yang semakin menjebak.

Membangun citra lewat istana pasir, bisa jadi hanya sekedar menipu mata, bisa jadi pula mengusik kalbu lantas mendorong kita untuk bertindak. Bukankah pecandu narkoba bisa menangis membaca kisah anak-anak Belitong pinggiran (Laskar Pelangi) dan akhirnya berhenti madat. Berangkat dari keprihatian dan kebanggaan terhadap Ibu Guru, Andrea Herata tak dinyana mengangkat keterpurukan seorang pemuda sekaligus menorehkan tinta emas di dunia sastra Indonesia. Seperti Garin Nugroho, sineas muda Riri Reza pun bersemangat mengangkat kisah-kisah anak pulau ini agar mengilhami lebih banyak orang tentang perjuangan, tentang etos, tentang segala hal yang ingin dirubah.

Bangsa ini sudah terlanjur dicitrakan sebagai bangsa teroris, brutal, jorok bahkan oleh bangsa serumpun yang mereka sebut “bangsa indon”. Seperti suku sawang yang gerah dipanggil suku sekak, rasanya tak sudi kekaguman kita terhadap negeri Menara Kembar ini dibalas dengan citra negatif. Tak berbeda dengan Malaysia, Pejabat Singapura sempat mencemoh minimnya pelajar Indonesia yang menghadiri pengukuhan juara Olimpiade Sains Internasional. Baru ketika satu-per satu anak asuhan Johannes Surya menerima tropi internasional bergengsi. Jabatan tangan mereka pun menjadi erat.

Citra negatif ini tak pelak meniup angin diantara dinding-dinding Istana Pasir yang kita bangun. Seringkali kita lengah membiarkan katak-katak melompot menyusup diantara dinding-dinding rapuh. Jangan salahkah “angin asing” bertiup, salahkan dong bangsa sendiri membiarkan katak-katak dalam negeri pencari kesempatan yang semakin riang melompat. Malu rasanya menerima titipan pesan yang bule-bule berlabuh agar pantai Tanjung Kelayang yang tak lain juga titipan (Tuhan) dijaga kebersihannya.

Mencari Makna Sumpah Pemuda

Dari sekian banyak pemuda yang sering dilirik politkus sebagai kantong suara potensial, hanya sedikit yang merasa punya relevansi (jiwa) Sumpah Pemuda. Sehari sebelumnya, Muhammad Yamin mengemukakan gagasan tentang makna persatuan dan pemuda. Menurut Yamin, ada lima hal penting untuk memperkokoh persatuan, yakni sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan. Setelah itu Muhammad Yamin pun membuat lompatan katak menjadi politikus Volksraad (DPR), lalu menjabat menteri kebudayaan.

Tujuh Puluh Sembilan tahun silam, Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia atau disebut juga Kongres Pemuda II yang digagas oleh Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia konon merumuskan apa yang disebut Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.

PERTAMA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia,
Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia.


KEDOEA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia,
Mengakoe Berbangsa Jang Satoe,
Bangsa Indonesia.


KETIGA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia,
Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean,
Bahasa Indonesia.

Intervensi politik dalam dunia kepemudaan menjelma menjadi Partai Politik atau simpatisan Partai Politik tertentu. Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Gerakan Pemuda Ansor, Pemuda Pancasila dan sebagainya. Lepas dari pengaruh partai politik, generasi muda membangun kelompok-kelompok yang mengatasnamakan demokrasi. Kelompok ini digerakan oleh aktivitis mahasiswa seperti Forum Kota ataupun mahasiswa yang berafiliasi dengan Partai Rakyat Demokratik (PRD)

Seperti Lalu Indonesia Raya, Sumpah Pemuda pun mengalami perubahan dalam teks nya (bandingkan dengan Teks Sumpah Pemuda sekarang). Disebut bahasa persatuan (lingua franca) karena bahasa Indonesia yang meruapakan bagian bahasa melalu digunakan oleh bangsa-bangsa yang datang ke Indonesia seperti Cina, Arab dan sebagainya yang tidak terbatas pada daratan Sumatera, bahasa inipun digunakan di daratan Pulau Jawa. Bak pepatah Bahasa menunjukkan bangsa, rusaknya bahasa mengindikasi adanya kerusakan sebuah bangsa. Mencermati Bahasa Melayu sebagai bahasa pemersatu sudah tersegmentasi kedalam bahasa gaul justru ketika teknologi komunikasi berkembang pesat. Bukan soal SMS yang mempersingkat bahasa, tapi indah pantun yang menjadi ciri masyarakat Melayu pun dirusak dengan ke-gaulan-an remaja. ….capex dech.

Produktivitas Kaum Muda

Ada dejak kagum melirik penghasilan orang-orang muda berpenghasilan tinggi. Sebut saja Chris Jhon yang mulai bertanding tahun1995, 2007 bayarannya mampu menembus US$ 100 ribu per tampil. Perjuangan Chris Jhon tak berbeda jauh dengan Suwito, Buruh jok mobil asal Ngawi hanya mendapat upah Rp. 6 ribu per hari (plus makan siang) ketika Suwito mulai merantau ke Jakarta tahun 1996, tapi kini dia bisa mempekerjakan 15 pemuda daerah asalnya. Pemilik gerai jok mobil Monza Wito dengan omset per bulan Rp.250 juta.

Di bidang fashion, Edward Forerer pemilik merk sepatu yang sama bahkan sukses hingga mendirikan Kantornya di Australia. Mereka-mereka ini tidak memiliki ikatan bathin dengan Sumpah Pemuda namun mampu menjadi kebanggaan bangsa berkrisis multidimensi ini.

Sebutan professional muda memang baru disandang setelah mereka berhasil, sementara krisis adalah pil pahit yang lebih dahulu ditelan. Bagi mereka kesulitan berusaha justru cambuk yang tidak perlu dikomentari. Edward membangun usaha di Bandung mulai dari nol, bersepeda, kehujanan dan mengetuk-ngetuk pintu menjual sepatunya. Baginya “if you wait for perfect condition you will never get anything done”. Tak perlu menunggu disumpah seperti Pegawai Negeri dan menunggu Sumpah Pemuda merasuk jiwa ” Kalau saya sudah yakin , saya akan jalan terus”, demikian prinsip Edward yang lebih memilih Australia sebagai basis usahanya kini.

Jika dibandingkan pendapatan per kepala penduduk Indonesia, penghasilan ketiga pemuda diatas memiliki rasio yang luar biasa senjang. Hal ini menggambarkan kesenjangan potensi kepemudaan di Indonesia. Keberhasilan pemuda di bidang olah raga dan bisnis diatas dilengkapi dengan kemampuan perempuan, meskipun pembangunan gender masih harus ditingkatkan, kalangan pemudinya tak kalah kompetif. Berbeda dengan Edward, Angelina Sondakh yang mengandalkan tiga kepribadian, cantik (beauty), perilaku (behaviour) dan kecerdasan (brain) ternyata meninggalkan Australia tempat masa remajanya dihabiskan dan pulang ke Indonesia untuk bersaing di arena politik. Ketika batas negara tidak lagi menjadi penguat nasionalisme, bisa jadi kita tidak ingat Sumpah Pemuda atau melupakan Muhammad Yamin, Bung Karno dan pendiri negara ini.

Kegagalan pasar yang tidak mampu memberikan keseimbangan antara penawaran dan permintaan sumberdaya mendorong krisis identitas bangsa, tenaga kerja rindu berjuang di negeri orang lain mengharap nilai lebih. Dalam kondisi abnormal perekat berbangsa luntur dimana negara berpisah dengan rakyat, hubungan pemerintah-masyarakat-kelompok usaha renggang masing-masing curiga dihambat kepentigannya.

Tak dipungkiri pemuda dan diidentikkan sebagai tenaga kerja. Krisis tenaga kerja berdasarkan data BPS, menunjukkan bahwa pada tahun 2001 Indonesia memiliki sekitar 98,8 juta angkatan kerja, dimana sekitar 90,8 juta orang bekerja dan 8 juta orang atau sekitar 8 persen lainnya adalah penganggur terbuka (tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan). Dari mereka yang bekerja, hanya sekitar 29,4 juta orang atau 32 persen saja yang bekerja di sektor formal (misalnya di pabrik), sementara 61,4 juta orang atau 68 persen lainnya bekerja di sektor informal (misalnya di industri rumah tangga). Ketika SBY-JK terpilih, terdapat 38,2 juta pengangguran yang terdiri atas delapan juta penangguran terbuka dan 30,2 juta setengah penangguran. Sedangkan angkatan kerja baru yang masuk pasar tenaga yang tak lain adalah pemuda tiap tahunnya sekitar 2,3 juta. Rasanya sulit bagi pemerintah menciptakan 1,8 juta lapangan kerja baru untuk mengejar target penciptaan tiga juta lapangan kerja baru per tahun.

Peta tenaga kerja Indonesia tersebut, membuat kita melirik negeri sendiri, Negeri Serumpun Sebalai dimana lebih dari 50% penduduknya bekerja di sektor informal. Penyerapan lapangan kerja di sektor informal itu pun masih berpotensi terjadinya pengangguran. Berdasarkan pemetaan statis perekonomian Kepulauan Bangka Belitung tahun 2006, perekonomian lebih didorong oleh konsumsi masyarakat yang tinggi (30,85%) dan menguatnya permintaan terhadap komoditas impor (34,15%). Sementara kebijakan substitusi impor lebih kecil dengungnya dibandingkan dengan kebijakan pelayanan dasar sektor pendidikan dan kesehatan. Dua sektor “unggulan politik” sering diindikasikan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) masih harus diuji di pasar tenaga kerja

Dengan menggunakan dua fenomena saja yakni asumsi 500-an pelajar yang mudik gratis baru-baru ini dan tingginya minat usia kerja melamar sebagai Pegawai Negeri menggambarkan dua hal. Pertama, IPM yang menunjukkan kemampuan penduduk berproduksi akan bias karena terjadi pelarian intelektual ke luar wilayah Kepulauan Bangka Belitung, dalam konteks global sering disebut dengan istilah Brain Drain. Begitu banyak sumberdaya negeri Serumpun Sebalai yang tidak kembali dan menjadi penghasil pajak bagi daerah lain. Kedua, dayar tarik pemuda terhadap sektor pemerintah menunjukkan sektor swasta formal belum berperan signifikan dalam penciptaan lapangan kerja. Dengan demikian kualitas pendidikan dasar dan menengah hanya mampu terserap pada sektor informal. Padahal transformasi ekonomi pasca tambang membutuhkan kualitas sumberdaya manusia yang lebih baik lagi. Sektor usaha dimana lulusan menengah atas akan bersaing dengan lulusan menengah pertama, dasar bahwa yang tidak mengenyam pendidikan formal sekalipun. Kemampuan yang sama dengan latar jenjang pendidikan yang berbeda selanjutnya menjadi semacam black campaign Gerakan Wajib Belajar 9 tahun.

Pada tahun 2001 sektor primer memberikan kontribusi penyerapan tenaga kerja sebesar 65,52 persen diikuti sektor tersier sebesar 29,42 persen dan sektor sekunder sebesar 8,06 persen. Pada semester I tahun 2006 persentase penduduk yang bekerja di sektor primer sebesar 57,88 persen. Sektor tersier, yakni sektor perdagangan dan jasa masing-masing sebesar 18,43 persen dan 9,42 persen. Adapun sektor sekunder didominasi oleh sektor bangunan sebesar 5,19 persen diikuti sektor industri pengolahan yang hanya sebesar 4,47 persen.

Masih kuatnya peran sektor pertambangan seolah belum mampu me-retrospeksi sejarah tambang yang sudah dimulai ratusan tahun lampau. Sengketa mengolah sumberdaya alam dan kebijakan teritorial yang lagi-lagi dirundung perpecahan seolah melupakan kita sebagai sebuah bangsa yang besar dengan ribuan pulau. Sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan, telah menunjukan kita tidak saja diuji dalam negeri tidak diuji berdiplomasi dengan tetangga dalam padang politik dunia. “Kemampuan Mengurus” adalah kata kunci kemenangan diplomasi Malaysia dalam pengadilan internasional. Daerah mengangkat angka penduduk miskin untuk menambah anggaran (Dana Alokasi Umum), lagi-lagi kemampuan kita mengurus bangsa diuji.

Memaknai Sumpah Pemuda dan perannya dalam pembangunan bangsa tanpa disadari telah melewati setengah abad perjalanan bangsa ini. Bagi Woodrow Wilson, sejarah membekali kita dengan kemampuan mental yang sangat berharga yaitu kemampuan menilai. Bagaimana generasi muda Amerika menilai dan menyukai Bart Simpson yang tokoh kartun populer atau negawaran George Washington sebagai bapak bangsa atau merevitalisasi suku Indian sebagai pertaubatan saat pasukan Puritan mengepung desa Indian di Sungai Mystic tahun tahun 1637. Masa lalu hanyalah debu dan masa depan adalah fatamorgana. jika pemuda tidak bisa mampu menjembati hubungan sejarah (Sumpah Pemuda) dan mengambil peran sebagai agen perubahan. Tantangan yang begitu besar kedepan bagaimana pemuda memaknai kebersamaan sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan .

.........Masa yang akan datang

Menjadi Tanggungan mu

Hai Putra Putri